Wisata Bhinneka, Mengunjungi 5 Rumah Ibadah

Minggu, 25 Mei 2017 acara yang digagas Komunitas Bhinneka dengan nama "Wisata Bhinneka" berlangsung. Acara yang diikuti 30 anak-anak kelas 4-6 SD dari 5 agama (Islam, Kristen, Katolik, Buddha, dan Hindu) ini bertujuan memupuk rasa toleransi antar-umat beragama, antarsuku, dan keberagaman lain.

Kita membuktikan bahwa rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, bahasa, budaya,... yang berbeda, tetapi dapat hidup rukun dan damai.

Rombongan Wisata Bhinneka ini berkumpul di sekretariat Komunitas Bhinneka (Jl. Jawa No. 6, Bandung) sekitar pukul 07.30. Acara kali ini adalah mengunjungi 5 tempat ibadah akan berakhir pukukl 16.30.

Ada pun rute rumah ibadah yang dikunjungi adalah:

01. Pura Wira Satya Dharma, Ujung Berung
02. Masjid Agung Al-Ukhuwwah, Jl. Wastu Kencana
03. Vihara Vimala Dharma, Jl. Ir. H. Juanda No. 5
04. Gereja Kristen Indonesia, Taman Cibunut, Jl. Van de Venter
05. Gereja Katolik St. Petrus Katedral, Jl. Merdeka No.14

Salut buat ide serta kerja keras Komunitas Bhinneka mengadakan acara ini. Di tengah ancaman munculnya tindakan intoleransi, acara edukasi mengenalkan ke-bhinneka-an ini merupakan langkah bagus. Anak-anak usia SD dikenalkan dengan tempat-tempat ibadah umat beragama lain. Mereka bisa melihat langsung tempat ibadah, mendapat penjelasan dari pemuka agama bagaimana ibadah berlangsung, mengetahui apa arti simbol-simbol agama yang ada di tempat ibadah.

Sekali lagi salut atas kjerja keras Komunitas Bhinneka. Semoga acara ini bisa jadi agenda rutin dan diikuti oleh kota-kota lain dalam rangka menguatkan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, bahasa, dan budaya yang berbeda.

Sekedar info, bisa ditambahkan agama Konghucu dan wisata ke tempat ibadahnya: Kelenteng.

Pelangi terlihat indah karena merupakan perpaduan dari berbagai warna.

#WisataBhinneka
#BerbedaTapiSatu
#HidupHarmoniDalamKeberagaman
#DamaiItuIndah
#BhinnekaTunggalIka
#Pancasila
#NKRI

Untuk memperbesar tampilan, silakan klik pada gambar 










Video #WisataBhinneka























Video-video acara ini (Wisata Bhinneka) bisa dicari di YouTube dengan hashtag #WisataBhinneka


Tulisan ini bisa diakses dari tautan singkat: www.tiny.cc/wisatabhinneka


Kisah Inspiratif: Bolehkah Minta Foto dan Berfoto Bersama?

Sumber foto: Google


Seorang pria kaya raya merasa hidupnya hampa. Istrinya telah meninggal dunia, anak-anaknya sudah besar dan mandiri. Pria konglomerat ini menghabiskan banyak waktunya hanya untuk urusan bisnis. Ia gila kerja.

Seorang teman mengetahui problem temannya. Suatu hari ia mengajak sang konglomerat untuk berkunjung ke panti asuhan agar hidupnya lebih berarti.  

Saat itu mereka baru selesai berkunjung ke panti asuhan. Ia menyumbangkan sejumlah uang, makanan, dan mainan untuk anak-anak panti. Anak-anak panti tampil menghibur tamu dengan bernyanyi.

Tak ada yang istimewa. Hidupku tetap hampa, batinnya. Ketika berjalan menunju mobilnya, seorang anak perempuan berlari menghampirinya.

"Om mau pulang ya?" 

"Iya, ada apa Adik kecil? Apa yang bisa Om bantu?" jawab sang konglomerat.

“Om boleh Desy minta sesuatu?" 

"Oh tentu saja," jawab konglomerat itu. "Adik kecil mau minta apa?"

"Om, bolehkah Desy memanggil Papa kepada Om? Boleh ya?" 

Konglomerat itu terdiam sejenak. Tenggorokannya seolah tercekat. Sesederhana itu permintaan gadis kecil ini, bukan minta boneka yang mahal, sepeda, atau barang lainnya. Hanya minta diperbolehkan memanggil Papa.

"Tentu saja boleh. Desy boleh memanggil Papa," kata konglomerat itu dengan suara bergetar.

“Terima kasih Papa. Kapan Papa datang ke sini lagi? Boleh nggak Desy minta sesuatu lagi?" "Tentu boleh. Desy mau minta apa?" "Desy ingin digendong dan foto bersama Papa. Nanti kalau Papa datang lagi, bawain foto Papa dan foto Desy bersama Papa ya? Nanti kalau Desy kangen Papa, Desy bisa lihat foto Papa."

Dengan berlinang air mata, dipeluknya Desy. “Besok Papa datang ke sini lagi dengan membawa foto yang Desy minta. Papa janji akan sering ke sini untuk ketemu Desy."

Sumber: Kiriman teman via WA

Sayangkah Anda kepada Orang Terdekat dan Diri Anda Sendiri?

 

 

 Iklan Thailand Iklan Anti Merokok Anak - Thailand (Subtitle Indonesia) 

 

 

Apakah Kau Akan Membiarkan Anak Kecil Merokok? (Saksikan momen mulai menit 2.37)

Dalam 2 video di atas ini, orang melakukan eksperimen sosial, bagaimana reaksi orang dewasa ketika anak kecil minta bantuan mereka untuk menyalakan rokok?

Dari 2 video tadi, hanya terlihat 2 wanita yang mencoba "membantu" (sebenarnya mencoba "membunuh secara perlahan") anak kecil tadi dengan menyalakan rokoknya.

Sebagian besar orang dewasa menasihati, melarang, bahkan memarahi anak kecil dalam kedua video itu. Mengapa anak kecil sebaiknya tidak merokok? Merokok dapat membunuhmu. Begitu pedulinya orang dewasa kepada anak kecil (ini poin yang baik), tapi sayangnya mereka lupa, rokok itu berpengaruh buruk bukan hanya kepada anak kecil, tetapi juga orang dewasa.

Video pertama (video dari Thailand) setelah orang dewasa menasihati mereka, anak kecil memberikan selembar kertas kepada orang dewasa yang menasihati mereka agar tidak merokok. 

Pertanyaan yang menyentuh, "Mengapa Anda begitu peduli kepada anak-anak dan menasihati anak-anak untuk tidak merokok, mengapa Anda tidak peduli pada kesehatan Anda sendiri?"

Penulis teringat pesan orangtua seorang teman (juga ada pesan orang-orang dewasa di video ini), "Kamu masih kecil, jangan merokok. Merokok berbahaya, merokok bisa membunuhmu, menyebabkan kanker paru-paru, dan lain-lain."

Nasihat itu sudah cukup bagus (lumayanlah masih menasihati anak-anak jangan merokok), hanya saja menurut penulis tak perlulah menambahkan, "Kamu masih kecil." Mengapa? Karena jika ada yang bertanya, "Umur berapa seseorang sebaiknya mulai merokok?" Apa yang harus Anda katakan?

Dan yang pasti, kalau seorang perokok, memang dilema menghadapi eksperimen sosial seperti ini. Apa pun yang Anda nasihatkan (intinya melarang orang lain merokok), tapi Anda sendiri seorang perokok, nasihat itu terlihat konyol. Anda tahu merokok tidak baik, Anda sendiri justru merokok. 

Satu hal lagi, jika Anda sayang anak kecil, sayang orang-orang yang Anda cintai (istri/suami, anak Anda, anggota keluarga yang lain), setidaknya janganlah merokok di dekat mereka. Anda merokok di tempat umum, secaa tidak langsung Anda ikut "membunuh" orang-orang di sekitar Anda.

Ada yang mengatakan, ini badan saya, ini hidup saya, terserah saya dong. 

Penulis jadi bertanya, Anda masih punya keluarga (ayah, ibu, kakak, adik, dan kerabat lain), atau jika Anda sudah berkeluarga (Anda punya istri/suami, dan mungkin juga anak), bagaimana jika Anda sakit, apakah mereka tidak menderita? Berapa uang yang harus dikeluarkan untuk biaya pengobatan?  Jika Anda meninggal, siapa yang harus menafkahi mereka? Bagaimana nasib orang-orang yang Anda cintai? Sekalipun Anda sebatang kara, tak ada sanak saudara, Anda tentu punya teman. Mereka pun akan sedih kehilangan teman.

Jadi ... jika Anda benar-benar mencintai orang-orang yang Anda sayangi, termasuk mencintai diri Anda sendiri, penulis yakin, Anda akan berhenti merokok.

Bung Hatta & Sepatu Bally yang Tak Pernah Terbeli

Kisah Pejabat Sederhana



Jakarta - Dandanan mentereng, rumah, dan mobil mewah agaknya sudah menjadi gaya hidup para pejabat saat ini. Masyarakat pun kembali merindukan figur-figur pemimpin yang sederhana dan pantas untuk dijadikan teladan.

Suatu hari, di tahun 1950, Wakil Presiden Muhammad Hatta pulang ke rumahnya. Begitu menginjakkan kaki di rumah, ia langsung ditanya sang istri, Ny. Rahmi Rachim, tentang kebijakan pemotongan nilai mata ORI (Oeang Republik Indonesia) dari 100 menjadi 1.

Pantas saja hal itu ditanyakan, sebab, Ny. Rahmi tidak bisa membeli mesin jahit yang diidam-idamkannya akibat pengurangan nilai mata uang itu. Padahal, ia sudah cukup lama menabung untuk membeli mesih jahit baru. Tapi, apa kata Bung Hatta?
 
"Sunggguhpun saya bisa percaya kepadamu, tetapi rahasia ini tidak patut dibocorkan kepada siapa pun. Biarlah kita rugi sedikit, demi kepentingan seluruh negara. Kita coba menabung lagi, ya?" jawab Bung Hatta.

Kisah mesin jahit itu merupakan salah satu contoh dari kesederhanaan hidup proklamator RI Bung Hatta (1902-1980) dan keluarganya. Sejak kecil, Bung Hatta sudah dikenal hemat dan suka menabung. Akan tetapi, uang tabungannya itu selalu habis untuk keperluan sehari-hari dan membantu orang yang memerlukan.

Saking mepetnya keuangan Bung Hatta, sampai-sampai sepasang sepatu Bally pun tidak pernah terbeli hingga akhir hayatnya. Tidak bisa dibayangkan, seorang yang pernah menjadi nomor 2 di negeri ini tidak pernah bisa membeli sepasang sepatu. Mimpi itu masih berupa guntingan iklan sepatu Bally yang tetap disimpannya dengan rapi hingga wafat pada 1980.

Bung Hatta baru menikah dengan Ny Rahmi 3 bulan setelah memproklamasikan kemerdekaan RI bersama Bung Karno atau tepatnya pada 18 November 1945. Saat itu, ia berumur 43 tahun (beliau menepati janjinya, tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka). Apa yang dipersembahkan Bung Hatta sebagai mas kawin? Hanya buku "Alam Pikiran Yunani" yang dikarangnya sendiri semasa dibuang ke Banda Neira tahun 1930-an.

Setelah mengundurkan diri dari jabatan Wapres pada tahun 1956, keuangan keluarga Bung Hatta semakin kritis. Uang pensiun yang didapatkannya amat kecil. Dalam buku "Pribadi Manusia Hatta, Seri 1," Ny Rahmi menceritakan, Bung Hatta pernah marah ketika anaknya usul agar keluarga menaruh
bokor sebagai tempat uang sumbangan tamu yang berkunjung.

Ny Rahmi mengenang, Bung Hatta suatu ketika terkejut menerima rekening listrik yang tinggi sekali. "Bagaimana saya bisa membayar dengan pensiun saya?" kata Bung Hatta. Bung Hatta mengirim surat kepada Gubernur DKI Ali Sadikin agar memotong uang pensiunnya untuk bayar rekening listrik. Akan tetapi, Pemprov DKI kemudian menanggung seluruh biaya listrik dan PAM keluarga Bung Hatta.

Bung Hatta adalah pendiri Republik Indonesia, negarawan tulen, dan seorang ekonom yang handal. Di balik semua itu, ia juga adalah sosok yang rendah hati. Sifat kesederhanaannya pun dikenal sepanjang masa. Musisi Iwan Fals mengabadikan kepribadian Bung Hatta itu dalam sebuah lagu berjudul "Bung Hatta".
 


Terbayang baktimu, terbayang jasamu
Terbayang jelas jiwa sederhanamu 
Bernisan bangga, berkafan doa 
Dari kami yang merindukan orang
Sepertimu

Untuk mendengar lagu Bung Hatta, silakan klik: Bung Hatta

(irw/asy) 
 
Sumber: Detik

abcs