Cepat Tangan, Dapatlah Seteguk Coca Cola

Korupsi tidak melulu tentang uang, bisa berupa barang, bahkan juga waktu. Ada yang mengambil barang, ada juga yang "mencuri waktu" misal pulang kerja sebelum waktunya.

Ini pengalaman waktu belanja ke warung dekat rumah. Saat itu penulis dan istri belanja. Yang melayani seorang anak perempuan (masih SD). Belanja keperluan dapur dan penulis minta sebotol Coca Cola (botol kaca), penulis minta di-plastikin saja agar bisa diminum sambil jalan ke rumah.

Saat menuangkan minuman ke dalam plastik, ada hal yang agak mencurigakan. Dia menuangkan di posisi bawah, sehingga terhalang etalase. Setelah selesai menuangkan minuman ke dalam plastik, botol langsung ditaruh di dalam etalase, bukan di atas etalase.

Penulis merasa ada yang tidak beres. Penulis langsung menunduk dan melihat ke dalam etalase. Oh ... ternyata tidak semua isi minuman di botol dituangkan ke dalam plastik, tapi disisakan sedikit. Sang kakak yang melihat kelakuan adiknya berusaha melindungi dan cara menggeser barang di dalam etalase untuk menutupi botol agar tidak terlihat oleh penulis. Tapi itu terlambat, penulis sudah melihat kecurangan itu.

Penulis nggak komplain sih, cuma sekedar tau saja. Mungkin orangtuanya sangat pelit kepada anaknya sehingga untuk minum minuman tersebut, jadi untuk dapat 1 atau 2 teguk, ia terpaksa mencurangi pembeli.

Kumpulan Flashmob Hip Hip Hura untuk Ahok-Djarot

Flashmob ini bermula di Cilandak Town Square, Jakarta. Lalu gema dukungan untuk Ahok-Djarot dengan melakukan flashmob bermunculan di negara-negara tempat putra-putri Indonesia sedang menempuh pendidikan. 

Yuk kita intip semangat mereka yang jauh di negeri sana, di suhu yang dingin (-9 derajat Celsius di Toronto, Kanada) rela berkumpul dan melakukan flashmob sebagai salah satu wujud dukungan mereka.

Salam 2 jari... 







Tulisan Edward Suhadi tentang Ahok

Penulis banyak menemukan tulisan bagus di dunia maya. Daripada capek copy paste, penulis berikan saja tautannya ke tulisan tersebut. Semoga bermanfaat untuk Anda...


  1. Berjabat Tangan di Persimpangan
  2. Bertemu Staf Ahok Untuk Pertama Kalinya
  3. Pertama Kali Bertemu Ahok
  4. Ahok Orang Gila
  5. Ahok Kayak Pete
  6. Ahok dan Susah Hamil
  7. Ahok Bukan Dewa Banjir
  8. Ahok dan Tante Gesit
  9.  

Atau Anda juga bisa berkunjung ke (klik saja):


dan Anda bisa berbagi info tentang tulisan ini di medsos dengan hashtag:  

#7HariTulisanBuatYangGaSukaAhok

Kisah Shirin, Gadis Berhijab dan Kakek Renta, Ah San

Kisah toleransi gadis berhijab dan kakek renta ini sangat inspiratif


Kamu bakal paham perbedaan itu fitrah manusia.

Vindiasari Putri


Brilio.net - Menjalin hubungan pertemanan memang tidak bisa dibatasi. Seperti dialami perempuan melayu dengan seorang kakek keturunan Tionghoa ini. Beberapa tahun lalu, perempuan bernama Shirin Aziha Shahidan dan kakek bernama Ah San banyak diperbincangkan. Kisah toleransi keduanya menjadi viral karena kebaikan dari Shirin membantu Ah San meski tak memiliki ikatan darah.

Sejak kecil, Shirin sudah mengenal Kakek Ah San. Pasalnya, keduanya merupakan tetangga saat itu. Sang kakek sejak dulu telah mengidap penyakit kaki gajah pada salah satu kakinya. Sejak kecil, Shirin senang membantu kakek dalam kesehariannya. Ada kalanya Shirin mendorong gerobak dan menyeberangkan jalan sang kakek sepulang sekolah. Keduanya menjalin hubungan persaudaraan yang dekat.

foto: istimewa

Seiring perjalanan waktu, tahun 2005 Shirin melanjutkan studi dan pindah rumah. Keduanya pun terpisah cukup lama hingga 10 tahun. Nama kakek berusia 82 tahun ini masih terekam jelas di benak Shirin. Tahun 2015, ia memutuskan kembali menjenguk Kakek San.


Sekembalinya tahun 2015, Shirin menemui sang kakek. Ia merasa terenyuh melihat kondisi Kakek San. Kakek San masih tinggal di rumah yang sama seperti 10 tahun lalu. Namun ada hal yang membedakan, kini ia tinggal seorang diri karena sang istri meninggal empat tahun lalu. Kakek San tidak memiliki anak. Shirin berinisiatif untuk merawat sang kakek dengan memberikan bantuan kursi roda baru dan mendatangkan perawat khusus.
 foto: thesstar.com.my


Bagi Shirin, Kakek San sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Begitu juga dengan Kakek San. Shirin menjadi anak baik yang senang menolongnya. Keduanya membuktikan bahwa menolong tak perlu memandang ras, agama, maupun latar belakang lainnya. Meski memiliki perbedaan, mereka saling menyayangi satu sama lain.


foto: thestar.com.my


Pada perayaan tahun baru Imlek kemarin, Shirin pun membantu Kakek San untuk memasangkan pernak-pernik Tahun Baru Imlek. Perempuan 29 tahun ini ikut memeriahkan salah satu perayaan hari besar yang dianut Kakek San. Kisah Shirin dan Sang Kakek San ini pun telah menjadi perbincangan masyarakat Malaysia. Keduanya pun masuk dalam nominasi The 10 Winners of The Inaugural Star Golden Hearts Awards dari salah satu media di Malaysia. 


Sumber: Brilio

Ayah, Maafkan Dita

 
Ini adalah kisah yang sangat mengharukan. perlu dibaca dan disadari betapa pentingnya kesabaran. Berpikirlah sebelum bertindak. Waktu tidak bisa diputar balik, ini untuk semua orang (baik yang sudah jadi orangtua, yang akan menikah, maupun yang belum menikah).

Sepasang suami istri (seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak mereka diasuh pembantu rumah tangga sewaktu mereka bekerja).


Anak tunggal pasangan ini, seorang perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Ia sendirian di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur.


Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga, dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan. Karena lantainya terbuat dari marmer, coretan yang dibuatnya tidak terlihat. 


Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Si kecil melirik ke mobil baru ayahnya. Karena mobil itu berwarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Dengan gembira, anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Setelah bagian kanan mobil penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing, dan lain sebagainya mengikuti imajinasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan cara kredit. Cicilan baru berjalan setahun, masih lama untuk melunasinya. Sang ayah yang belum sempat masuk ke rumah pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini...!!!"

Pembantu rumah yang tersentak mendengar teriakan majikannya segera berlari keluar. Pembantu juga terkejut melihat mobil penuh goresan. Mukanya pucat pasi karena ketakutan, terlebih melihat wajah bengis tuannya. 


Sekali lagi sang majikan mengajukan pertanyaan kepadanya. “Saya tidak tahu... Tuan,” jawab pembantu. “Kamu di rumah sepanjang hari, apa saja yang kamu lakukan?” hardik si istri.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata, “Dita yang membuat gambar itu Ayah... Cantik 'kan...???” katanya sambil memeluk ayahnya, ia bermanja seperti biasa.


Si ayah yang sudah kehilangan kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa-apa menangis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah juga memukul punggung tangan anaknya. Sedangkan si ibu cuma diam saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang diberikan suami kepada buah hati mereka.

Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa. Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti ke tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan punggung tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Saat menyiramnya dengan air, pembantu ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan perih saat luka-lukanya itu terkena air. 


Selesai memandikan, pembantu menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab ayah si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anaknya yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah ingin memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya, si ibu juga begitu, meski setiap hari ia bertanya pada pembantu mengenai kondisi Dita. 


“Dita demam, Bu...." jawab si pembantu ringkas. Kasih minum Panadol saja,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur, ia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat Dita anaknya dalam pelukan pembantu, ia menutup kembali pintu kamar pembantunya. 

Memasuki hari keempat, pembantu rumah memberitahu tuannya bahwa suhu badan Dita sangat panas. 

“Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 17.00 harus sudah siap,” kata majikannya itu. Sampai saatnya, si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik.

Dokter menyarankan agar anaknya dibawa ke rumah sakit karena keadaannya serius. Setelah beberapa hari dirawat inap, dokter memanggil ayah dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan,” kata dokter.


Kedua tangan anak itu harus diamputasi karena sudah terlalu parah dan infeksi. “Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya. Kedua tangannya harus diamputasi dari siku ke bawah,” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar saat mendengar kata-kata dokter. Dunia berhenti berputar, tapi apa mau dikata.

Si ibu menangis meraung dan merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata istrinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, setelah habis pengaruh obat bius, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya wajah ayah dan ibunya, kemudian ke wajah Mbok Narti, pembantunya. 

Dita mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dengan menahan rasa sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah... ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi. Dita tidak mau lagi dipukul ayah. Dita tidak mau nakal lagi. Dita sayang ayah… Dita sayang ibu,” katanya berulang kali membuat si ibu tak bisa menahan kesedihannya. “Dita juga sayang Mbok Narti ...,” katanya sambil memandang wajah pembantunya, membuat wanita itu menangis histeris.

“Ayah… kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil? Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti? Bagaimana caranya Dita mau bermain nanti? Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi,” katanya berulang-ulang.


Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Ia meraung-raung sekuat hati, namun apa yang sudah terjadi, tak bisa diubah. Nasi sudah menjadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski ia sudah meminta maaf.

Tahun demi tahun kedua orangtua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran batin sampai suatu saat sang ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan ia wafat diiringi tangis penyesalan yang tak bertepi.

Namun … si anak dengan segala keterbatasannya dan kekurangannya, tetap hidup tegar, bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya.

“Sering dalam hidup kita bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Dan tanpa kita sadari tindakan itu dapat membawa penyesalan seumur hidup kita.


So… berpikirlah dahulu sebelum bertindak.



Sumber: KasKus

Sumber foto ilustrasi (bukan foto kejadian sebenarnya): gambar anak kecil menangismobil penuh coretan
abcs