Video Atraksi Sepeda yang Keren







Bonus:


Polisi Itu Minta Maaf dan Memberi Uang Ganti Rugi

Sebuah mobil warna putih menyerempet motor pasangan suami istri, lalu pergi begitu saja. Sang istri mengalami luka lecet di tangan dan kaki. Sang suami berusaha mengikuti mobil yang memyerempetnya. Dengan bantuan seorang teman, mereka mencari mobil itu, hingga akhirnya mereka bertemu seorang remaja laki-laki yang baru turun dari mobil (membuka garasi) dan hendak masuk ke rumahnya. Ternyata mobil itulah yang mereka cari.

Kedua tangan remaja itu dipegang, mulutnya dibekap. Ia akan ditangkap dan akan diminta pertanggungjawaban oleh dua orang orang tadi. Tapi sang pemuda sempat berteriak minta tolong dan dari dalam rumah keluar seorang polisi. "Ada apa ini...?" tanya polisi itu. 

Ketika tau itu rumah polisi dan artinya pemuda itu anak seorang polisi, dengan wajah ketakutan kedua orang tadi berusaha kabur dengan motornya. Pengendara motor sempat mengeluarkan pembelaan diri, "Dia ini Pak yang tadi nyerempet motor saya" lalu keduanya kabur.

Dalam perjalanan, saat lihat kaca spion, ternyata polisi tadi mengejar mereka. Keduanya semakin ketakutan dan bingung harus bersembunyi di mana agar aman. Istri dan teman kedua orang ini pun jadi ketakutan karena temannya sedang diburu polisi.

Singkat kata, setelah tanya sana-sini, akhirnya polisi itu berhasil menemukan kedua orang yang nyaris meringkus anaknya. Keduanya ketakutan dan hanya bisa terdiam saat didekati polisi itu. "Ampun Pak, jangan tangkap kami," kedua orang itu memelas.

"Siapa yang mau menangkap kalian. Saya mencari kalian untuk meminta maaf atas kelakuan anak saya. Anak saya memang bandel. Ia belum punya SIM dan bawa mobil istri saya tanpa izin. Sekarang anak saya sudah saya hukum. Ini uang ganti rugi...." kata polisi itu sambil menyerahkan 2 lembar uang Rp 50.000-an. Kalau kurang, nanti ke rumah saya saja," kata polisi itu. Kedua orang tadi terlihat sangat lega dan sekarang bisa tersenyum.

Kisah di atas adalah adalah cerita pada sinetron seri Tukang Ojek Pengkolan (TOP) yang tayang Selasa, 26 Januari 2015.

Yang diserempet pemuda tadi adalah Ojak dan Tati (istrinya). Yang membantu mencari pemuda yang menyerempet motor Ojak adalah Salim. Yang mengantarkan polisi tadi ke rumah Ojak, hingga akhirnya bertemu Ojak dan Salim di jalan (dalam perjalanannya mencari tempat persembunyian yang aman) adalah Purno (eh... Purnomo).

Penulis hanya menyaksikan sinetron ini sekilas. Lalu penulis sajikan ceritanya di sini karena ceritanya menarik (terutama sekarang sedang heboh di media sosial soal video tayangan "86" di Net episode polisi yang menilang sopir taksi, silakan klik: Stop dan Parkir: Siapa yang Benar? Silakan Anda yang Menilai...).  

Sinetron komedi situasi TOP juga sedang ramai dibicarakan karena kisahnya tentang keseharian tukang ojek yang penuh kelucuan.

Anda pasti ingat ucapan yang menjadi ciri khas tiap karakter dalam TOP:

Tisna: "Kata Bapak saya..." dan "Berangkat..."

Purnomo dengan ucapan kata "Gue..." dan cara memanggil nama "Ineke..." yang khas dan sewot kalau dipanggil "Purno..."

Jono penjual "Es dawet seger buger": "Update status, cupu itu, dua tukang ojek.... " dan diakhiri dengan "ckckck... cekakak" dan menyapa tukang ojek dengan sapaan "Cuy..."

Amin yang colek dagu lawan bicara akan ngomong "Bisa meureun..."

Dedi yang berbadan subur dengan ucapan "Burrr... cang ijo..." 

Bunga dengan aksi bibirnya yang khas

Ani: "Ihhh... apaan sih..."

Obet dengan sapaan "Kakak.."-nya yang khas orang Ambon. 

Harun dan Isa istrinya yang saling menyapa "Bun-bun" (dari kata bunda) dan "Ay-ay" dari kata (ayah)

Haji Murod yang sering berpantun

Cimot yang sering membawa ayam atau papan catur

Teriakan tukang kue ape dan ketoprak yang khas menyaingi "Burrr...cang ijo"

Bang Udin, preman penjaga parkiran yang bicaranya tersendat-sendat, sangat pemalu, dan tak berkutik di depan cewek

Anak buah Bang Udin yang suka memakai kemeja lengan panjang warna pink yang bergambar bunga dan sering mengatakan "Baiklah Boss..." 


Bagi Anda yang mampir ke blog ini lewat mesin pencari dan merasa "tertipu" dengan judul tulisan ini (ternyata hanya kisah sinetron, bukan kisah nyata), jangan marah. Penulis hanya menuliskan sesuatu yang sedang jadi pembicaraan orang banyak.

Sekali lagi, jika Anda protes atau marah, penulis hanya bisa mengutip ucapan khas May (ibu-nya Tati atau mertuanya Ojak):

"Ohhh... seperti itu..."


Istri yang Sangat Mengerti Suami

Minggu (24 Januari 2016) jadi hari yang "bersejarah" bagi penulis. Kami sekeluarga berlibur ke Jakarta (main ke salah satu mal di Jakarta). Sebenarnya main ke mal ini dijadwalkan saat liburan akhir tahun, tapi karena sesuatu dan lain hal, jadi batal.

Sebelum cerita soal jalan-jalan ini, penulis cerita sedikit tentang hobi penulis. Salah dua (bukan salah satu) hobi penulis adalah filateli (mengumpulkan prangko), yang sampai diabadikan dalam nama penulis  dan sulap.

Tapi sejak menikah, dengan penuh kesadaran, hobi terpaksan di-rem. Alokasi dana dipindahkan ke pos yang lebih penting (susu, mainan anak, biaya pendidikan,...). 

Dulu saat belum menikah, sering mampir ke kantor pos sepulang kerja. Lihat-lihat prangko counter filateli. Benar kata orang, kalau sudah hobi, memang susah ditahan. Rencana beli sedikit saja, tapi seringnya over budget.

Tapi untuk filateli, memang sudah nyaris ditinggalkan. Masih trauma karena semua koleksi prangko yang sudah sangat banyak dan berharga (prangko sejak zaman Hindia Belanda yang bertulisan Nederland Indie, koleksi prangko bergambar Presiden Soekarno yang banyak, seri lambang provinsi komplet, saat itu Indonesia masih terdiri dari 27 provinsi dan Timor Timur masih jadi provinsi ke-27, dan masih banyak lagi...), habis terbakar saat peristiwa kebakaran melanda kontrakan penulis di Palembang.

Untuk prangko, kalau ketemu saja (dari amplop surat yang ditemukan) masih dikumpulkan. Tapi untuk beli sendiri, tidak lagi. Lagi pula, komunikasi sekarang nyaris tidak bersentuhan dengan surat, prangko, dan kantor pos. Sudah via telepon, SMS, BBM, email.

Balik ke soal jalan-jalan ke Jakarta. Hobi sulap mulai ditekuni lagi (hanya hobi, bukan profesi). Kalau pas main ke mal dan ada yang jual alat sulap, paling beli 1 atau 2 barang yang murah meriah saja (rata-rata cuma Rp 20.000-an). Kalau bagi perokok, harganya hanya senilai sebungkus rokok. Hehehe...

Penulis lebih banyak belajar sulap yang menggunakan kemampuan sulap daripada mengandalkan alat. Jadi lebih suka sulap impromptu (sulap yang bisa dimainkan di mana saja dengan alat seadanya yang ditemukan). Tisu, kertas, korek api, pulpen, koin, dan lain-lain. Sulap jarak dekat (close up magic).

Rencana main ke mal di Jakarta ini sekalian mau beli alat sulap untuk panggung (untuk kegiatan sosial). Butuh alat sulap yang agak besar sehingga penonton dari jauh bisa melihat dengan jelas.

Rencananya, kemampuan sulap penulis akan digunakan untuk menghibur anaka-anak di Panti Asuhan atau Oma Opa di Panti Wredha atau menghibur yang sakit jika berkesempatan melakukan kunjungan ke rumah sakit. Sulap untuk menghibur.

"Paling banyak beli alat sulap senilai Rp 500.000", kata penulis. Tapi... apa mau dikata, karena melihat alat sulap yang keren, jadi lupa diri. Over budget. Hehehe...

Yang ini mau, yang itu mau. Setelah pilih-pilih dan dibuatkan bon, astaga... nyaris 3x lipat dari rencana. Tapi penulis bersyukur memiliki istri yang sangat pengertian. Ia mendukung semua keinginan penulis sejauh itu positif dan finansial memungkinkan.

Segala pengeluaran (pengeluaran suami maupun istri, selalu dirundingkan bersama). Terima kasih Mama Linda yang penuh pengertian. I Love U...

Kemampuan sulap sudah lumayanlah, alat sulap panggung (stage/ parlour) sudah ada. Tinggal menunggu momen pas, siap tampil untuk berbagi kebahagiaan.

Berbuat baik (berdana) tidak selalu harus berupa uang, yang punya kelebihan uang bisa dana uang, yang punya tenaga bisa bantu tenaga, yang punya keahlian (salah satunya sulap), bisa bermain sulap untuk menghibur dan memotivasi orang lain.

Sekali lagi, terima kasih atas segala dukungannya dan I U Mama Linda...

Uang Bukanlah Segalanya, Tapi...







Kita sering mendengar ungkapan bahwa "Uang bukanlah segalanya" atau "Uang dapat membeli kasur yang empuk bukan tidur yang nyenyak, uang bisa membeli buku tapi tidak bisa membeli ilmu pengetahuan, dan seterusnya."

Tapi saat mengalami sendiri betapa sulitnya hidup tanpa uang atau seperti contoh pada kedua video di atas,  mungkin orang akan melengkapi kalimat judul tulisan ini menjadi "Uang Bukanlah Segalanya, Tapi Nyaris Bisa Membeli Segalanya" atau "Uang Bukanlah Segalanya, Tapi Sega-galanya Perlu Uang."

Menarik untuk membahas kedua video di atas. Penulis tidak sepenuhnya setuju dengan kedua video itu.

Jika kita mendatangi tempat makan dengan pakaian lusuh (apalagi berbau tak sedap) meski kita punya banyak uang, tidak bisa sepenuhnya kita menyalahkan manajer restoran yang tidak bisa menerima kita untuk makan di dalam. Mengapa? Di dalam ada pelanggan lain yang datang ke restoran untuk menikmati hidangan dengan suasana nyaman. Itu juga harus jadi pertimbangan pihak restoran. Setiap tempat punya "peraturan" tersendiri.

Atau misalkan ada gelandangan yang berhari-hari tidak mandi (tentu bau badannya menyengat), gelandangan itu bawa banyak uang dan ingin makan di dalam restoran, sementara di dalam restoran banyak pelanggan lain yang sedang menikmati hidangan. Apakah kita selaku manajer restoran memilih mempersilakan gelandangan itu makan di dalam dan mengorbankan lebih banyak pelanggan yang bubar karena kehilangan selera makannya?

Kejadian sama dengan wanita dalam video kedua. Memang sangat tergantung situasi dan kondisi. Wanita (termasuk pria juga) tentu ingin mendapat teman yang pantas. Wanita sendirian didatangi cowok yang tampilan luarnya kurang bagus (misal badannya berbau, atau napasnya bau alkohol), tentu lebih memilih menjauh karena takut membawa masalah. Memang sangat relatif keadaan seperti ini.

Penulis bukan ingin melecehkan calon konsumen yang gelandangan atau membela cewek matre (sama sekali bukan itu maksud tulisan ini). Semoga kita semakin bijak jika menghadapi situasi seperti itu.

Jika sampai calon konsumen mau makan di meja luar (jika tersedia parasol) atau membeli untuk dibawa pulang pun tetap tidak dilayani padahal punya uang, memang ini keterlaluan. Tidak boleh diskriminatif terhadap sesama manusia.

Kedua video di atas memang inspiratif, makanya penulis tampilkan di sini.   
 

Stop dan Parkir: Siapa yang Benar? Silakan Anda yang Menilai...




Solopos.com, JAKARTA – Heboh perdebatan Polisi dan pengguna jalan soal perbedaan berhenti dan parkir menjadi sorotan publik. Bahkan, netizen turut dalam perdebatan sengit itu.

Video itu memperlihatkan seorang polisi yang diketahui bernama Iptu Abd Azis memergoki seorang pengendara mobil berhenti di tepi jalan yang terdapat larangan parkir. Iptu Azis bersama rekan lantas menilang sopir mobil itu.


Penilangan ini justru menimbulkan persoalan lantaran sang sopir menganggap dirinya benar. Sang sopi beralasan dirinya hanya berhenti lantaran mesin tidak dimatikan dan dirinya masih berada dalam mobil.


“Kalau saya parkir itu, saya berhenti dan mesin dimatikan, saya keluar,” dalih sopir tersebut yang dapat dilihat di laman https://www.youtube.com/watch?v=TnIpN2y5-mI.


“Tetap saja bapak berhenti,” timpal Iptu Azis yang lantas kembali dibantah sang sopir dengan mengatakan berhenti dan parkir berbeda.


Iptu Azis melanjutkan argumentasinya dengan mengatakan bahwa seseorang bisa saja parkir namun dalam keadaan masih di dalam mobil.


Sopir tersebut tetap tak mau mengalah dan meminta maaf seraya meminta polisi tidak menilangnya. Terkait hal ini, bagaimanakah peraturan perundangan mengaturnya?


Dalam Undang-Undang nomer 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan “Parkir” dan “Berhenti” ternyata dijelaskan dalam pasal 1 angka 15 dan 16. Terlihat perbedaan yang cukup tipis di antara keduanya.


“Parkir adalah keadaan Kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya,” tulis pasal 1 angka 15.


Sedangkan pasal 1 angka 16 menyatakan “Berhenti adalah keadaan Kendaraan tidak bergerak untuk sementara dan tidak ditinggalkan pengemudinya,”


Dua keadaan ini kembali dijelaskan dalam pasal-pasal lain. Seperti pada pasal 106 huruf E, dinyatakan setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor wajib mematuhi ketentuan berhenti dan parkir. Jika melanggar maka penegak hukum tidak segan memberikan sanksi dan denda, sesuai pada pasal 287.


Dalam Undang-undang yang sama juga menjelaskan tata cara berhenti dan parkir yang benar. Bahkan keduanya juga memiliki rambu-rambu yang berbeda.


Untuk rambu dilarang pakir adalah gambar huruf “P” yang dicoret sedangkan berhenti menggunakan huruf “S” yang dicoret. Rambu ini jelas memiliki fungsi yang berbeda.


Selain rambu, pelanggaran terhadap dua keadaan ini juga memiliki sanksi yang berbeda. Larangan ini dapat diketahui dalam sejumlah pasal di Undang-Undang tersebut.

Sumber: Solopos
Berita sejenis bisa dilihat di: Wow Keren

Video tentang hal ini sudah di-blok karena masalah hak cipta. Tapi Anda masih bisa melihat video berupa slide foto di sini (klik saja): Argumen Sopir Taksi Soal Berhenti dan Parkir, Ini Penjelasan Polisi

Catatan:
Waktu membuat posting tentang sepakbola, penulis pernah memasang video YouTube di blog (tapi tiba-tiba video-nya tidak bisa disaksikan karena diblok oleh pemilik video/ hak cipta. Akhirnya penulis memasang foto saja, video bisa dilihat langsung ke sumber-nya di YouTube. Silakan lihat (klik): Video Keren dari Sepakbola (Top 10 Moments of Respect)

Ada baiknya hal yang sama juga dilakukan. Jika pihak Net merasa video itu hak cipta/ milik Net, sediakan video tersebut di channel Net di YouTube. Sejauh ini penulis belum menemukan video tersebut.

Jika video itu hanya sepotong, silakan Net tampilkan video seutuhnya agar tidak terjadi kekeliruan penafsiran. Jika video plus ulasan yang dibuat netizen itu tidak benar, Net atau pihak pemilik acara "86" bisa membuat video plus bantahan agar masyarakat tahu mana yang benar. Biar masyarakat menilai. Bukankah sekarang era keterbukaan informasi?


Info tambahan: 

Tampaknya semua video tentang debat sopir taksi dan polisi soal arti stop dan parkir semua sudah di-blokir.

Akhirnya ketemu info bahwa diskusi soal ini sudah selesai, silakan baca (klik saja): Chirpstory 

Ini penjelasan dari IG 86 (klik saja): 86NetMediaNet  (tapi  di bagian bawahnya ada bantahan bahwa itu Instagram 86NetMedia bukan akun resmi Netmedia. Akun resmi 86 NET hanya akun Twitter @86NetMedia

Nah... jadi makin jelas atau justru semakin kusut?

Ternyata video debat polisi dan sopir taksi soal arti kata stop dan parkir masih ada di FB, silakan klik ini (saat akan klik, Anda harus sudah dalam posisi login ke FaceBook Anda): FB Begitulah.com 

Uang Bisa Membutakan Mata Hati dan Pikiran







E-KTP Habis Masa Berlaku Tak Perlu Diperpanjang


Warga menunjukkan KTP elektronik yang saat ini berlaku seumur hidup,
sehingga tidak perlu diperpanjang lagi. (KORAN MURIA / LISMANTO)

PATI – Kartu Tanda Penduduk elektronik (E-KTP) yang masa berlakunya habis, kini tak perlu lagi diperpanjang. E-KTP tersebut masih tetap bisa digunakan, meski di dalam kolom berlaku terdapat tanggal kedaluwarsanya.

Hal ini disebabkan, masa berlaku E-KTP adalah seumur hidup. Kartu tanda penduduk tersebut baru bisa dimintakan ganti ke petugas, jika mengalami kerusakan atau hilang. Hal ini ditegaskan Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Pati, Didik Sumaji, Rabu (19/8/2015).“

Ketentuan ini sudah diatur dalam UU Nomor 24 Tahun 2013 yang tertuang dalam pasal 64 ayat 7 a. Jadi, warga yang KTP elektroniknya masa berlakunya habis selama itu tidak rusak, tidak usah melakukan perpanjangan. Itu berlaku seumur hidup,” katanya, kepada Koran Muria.

Hal tersebut perlu disampaikan, mengingat beberapa kasus ada yang masih belum tahu soal aturan itu. Sehingga banyak warga yang melakukan perpanjangan E-KTP yang masa berlakunya habis. Padahal, pihaknya sudah melakukan sosialiasi dengan sejumlah camat.

“Kalau dulu, perpanjangan KTP dilakukan setiap lima tahun sekali. Sekarang, satu KTP selama itu tidak rusak, bisa berlaku seumur hidup. Tak perlu buat perpanjangan lagi,” ujarnya.

Sementara E-KTP yang rusak atau hilang bisa langsung diurus dengan melapor ke pemerintah desa. Dari situ, pemdes wajib menindaklanjuti dengan mengajukan permohonan ke kecamatan. “Dari operator di kecamatan akan disampaikan ke Disdukcapil, sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Dari permohonan itu, pemohon yang bersangkutan langsung bisa melakukan rekam data. Pencetakan E-KTP dilakukan di Disdukcapil,” tuturnya.

Karena itu, ia mengimbau kepada warga Pati yang sudah memenuhi syarat untuk memiliki KTP, agar segera mengajukan permohonan di masing-masing tingkat kecamatan. Sama halnya bagi warga yang KTP-nya rusak, diharapkan segera mengurusnya agar tidak terjadi permasalahan terkait dengan kependudukan. (LISMANTO / ALI MUNTOHA)


Sumber: Koran Muria


KTP hilang, bagaimana solusinya? Silakan klik ini: Tak Perlu Pusing Jika KTP Hilang atau Rusak, Ini Solusinya

Ini Termasuk Olahraga yang Menyehatkan Tubuh???

Olahraga: gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh (seperti sepak bola, berenang, lempar lembing). Itu arti olahraga menurut KBBI online. Sekali lagi, olahraga itu gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh.

Penulis tidak menemukan fakta logis jika tinju, terlebih UFC (Ultimate Fighting Championship) bisa dikategorikan sebagai olahraga.

Jika kita berobat ke dokter, sering mendapat nasihat seperti ini: Makan makanan yang bergizi dan seimbang, olahraga, dan istirahat yang cukup.

Olahraga merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan agar badan tetap sehat. Tapi sekali lagi (menurut penulis), tinju dan UFC bukan salah satu olahraga. Memasukkan kegiatan tinju dan UFC sebagai olahraga adalah sebuah kekeliruan (termasuk dalam kajian kelirumologi pemikiran manusia).

Anda tentu pernah baca penyakit parkinson yang diderita para mantan petinju. Bagian tubuh kita selalu kita lindungi, misal memakai helm saat mengendarai motor, pakai pelindung lutut, pelindung tulang kering, dan yang lain saat olahraga seperti sepak bola. 

Pada tinju dan UFC (khususnya UFC) seluruh anggota tubuh bisa menjadi sasaran pukulan, namun tidak diberi pelindung. Kepala yang berisi organ penting (otak) dan dada (jantung, paru-paru, ginjal,...) selalu jadi sasaran pukulan dan tendangan agar petarung dengan cepat dapat mengalahkan lawannya. Kegiatan ini tentu jauh dari tujuan olahraga...
Mari simak video-video berikut untuk meyakinkan Anda bahwa kegiatan ini jauh dari menyehatkan badan...


Manusia Lebih Mulia Daripada Binatang???

Di antara makhluk hidu yang ada di bumi, manusia mengklaim dirinya sebagai makhluk yang paling mulia. Manusia lebih baik daripada hewan karena mampu berpikir sebelum bertindak. Hewan/ binatang hanya bertindak berdasarkan naluri saja.

Di situlah letak keunggulan manusia dibandingkan dengan hewan. Manusia dapat berpikir dengan otaknya dan juga menimbang dengan nuraninya, apakah sebuah perbuatan itu layak atau tidak untuk dilakukan. 

Jika melihat 2 video di bawah ini, tampaknya kita harus meragukan apakah mereka yang melakukan hal (yang menurut penulis tidak pantas), memang manusia yang memiliki otak dan hati nurani. Silakan Anda saksikan dan silakan Anda yang menilai.

 


Entah olahraga atau permainan apa ini, lomba memutuskan kepala penyu (atau kura-kura). Semua yang menyaksikan bisa berteriak gembira dan bertepuk tangan. Patut dipertanyakan kesehatan jiwanya.


Hewan (ayam) diadu menjadi tontonan. Menyiksa hewan hingga berdarah-darah jadi hiburan yang menggembirakan. Lebih sadis lagi, di kaki ayam dipasang pisau yang sangat tajam sehingga ayam yang terkena sabetan pisau langsung putus kepalanya. Orang-orang seperti ini juga patut dipertanyakan kesehatan jiwanya. 

Pantas juga dipertanyakan, apakah manusia seperti ini lebih mulia daripada hewan???

Video Keren dari Sepakbola (Top 10 Moments of Respect)

Dalam setiap pertandingan, kemenangan adalah hal yang paling dicari. Tapi dalam tayangan video ini, mereka memberikan kita sebuah pelajaran sangat berharga. Ada hal lain yang jauh lebih penting dari sebuah kemenangan: sportivitas/ kejujuran, kepedulian, persahabatan, rasa kemanusiaan, dan nyawa (sekalipun itu terhadap lawan).


Top 10 Moments of Respect

Untuk menyaksikan video ini (karena masalah hak cipta), video hanya bisa Anda saksikan langsung di situs YouTube (silakan klik tautan berikut): Top 10 Moments of Respect

Pembeli Adalah Raja, Penjual Masih Cuek Saja

"Pembeli adalah raja" demikian slogan yang kerap kita dengar. Maka tidak heran jika penjual (barang ataupun jasa) berlomba-lomba melayani pembeli dengan sebaik mungkin agar pembeli tertarik untuk membeli dan jadi pelanggan.

Dulu, kalau ingin belanja, kita yang harus datang ke penjual (toko). Tapi sekarang, banyak penjual yang menyediakan layanan antar barang sampai ke rumah pembeli/ pelanggan. Beberapa penjual yang menerapkan layanan antar: restoran cepat saji, mini market, air galon isi ulang, dan lain-lain.

Tapi pada beberapa kasus yang penulis temui, tampaknya penjual atau pedagang masih kurang menyadari pentingnya pembeli. Sah-sah saja sih... tapi risiko ditanggung sendiri. Ketika penjual lain sudah berinovasi sampai memberi pelayanan yang lebih, penjual ini masih santai dan terkesan cuek kepada pembeli... Berikut salah satu contohnya.

Ini bukan kali pertama penulis mengunjungi pak penjahit itu (tepatnya khusus memperbaiki jahitan: memendekkan celana panjang, mengganti resliting, dan lain-lain atau biasa disebut tukang permak pakaian). Penjahit ini menyewa kios kecil kurang lebih 1,5 x 1,5 meter. 

Saat itu si penjahit sedang duduk santai di depan kiosnya. Penulis datang dengan sebuah kantong kresek berisi 6 potong celana dan baju yang akan dipermak. Kantong kresek sudah penulis letakkan di atas mesin jahitnya, si penjahit masih duduk santai di depan kiosnya dan tak beranjak dari tempat duduknya. Penulis buka kantong kresek si penjahit masih juga belum menyapa, padahal ia mengetahui kedatangan penulis.

Melihat reaksi yang kurang bersahabat, penulis langsung bilang "Aduh... salah bawa kresek." Penulis langsung menutup kembali kantong kresek dan siap pergi. Si penjahit baru bertanya "Kenapa Pak...?" Penulis jawab, "Salah bawa kantong kresek" dan berlalu. Si penjahit menampakkan muka masam, tidak jadi dapat rezeki. 

Salah sendiri, pikir penulis. Penulis berlalu dan mencari tukang permak pakaian yang lain. Ternyata... tukang permak pakaian banyak kok (bukan hanya bapak tadi). Jika ingin rezeki, layanilah konsumen dengan sebaik mungkin. Ketika penjual lain sedang berlomba-lomba memberi pelayanan lebih (ramah, harga lebih murah, beri potongan harga, dan lain-lain), Anda masih tidak mau menyapa rezeki yang sudah di depan mata. Dan... jika mendapat pelayanan yang kurang memuaskan, penulis langsung kapok dan jangan harap penulis akan datang ke sana lagi. Cukup sekali saja.

Anda masih "pantas sombong" (meski ini sikap yang tidak baik), jika Anda hanya satu-satunya yang menjajakan dagangan/ punya keahlian itu. Mungkin, meski menggerutu, konsumen masih akan menanti layanan Anda. 

Sementara itu, di sebuah restoran ayam goreng cepat saji, tepatnya di mesin register tertempel stiker tulisannya kurang lebih seperti ini "Jika kasir kami tidak tersenyum, makanan yang Anda pesan GRATIS."

Aksi Mulia Bocah Pengumpul 1.000 Jaket untuk Tunawisma

Hingga 12 Desember 2015, Makenna telah menyumbangkan lebih dari 1.000 jaket ke Phoenix Rescue Mission.

Liputan6.com, Amerika Serikat - Bermodalkan sebuah gerobak kecil, gadis berumur 12 tahun berhati mulia ini mengumpulkan jaket tak terpakai dari sekitar lingkungan tempat tinggalnya di Surprise, Arizona, Amerika Serikat. 4 tahun sudah Makenna Breading Goodrich melakukan aksinya, untuk menyumbangkan pakaian penghalau udara dingin bagi para tunawisma di sekitar tempat tinggalnya.

4 tahun sudah Makenna Breading Goodrich melakukan aksinya untuk disumbangkan kepada para tunawisma di Arizona, Amerika Serkat.(Jennifer Breading-Goodrich)

"Saat malam hari, di sini suhunya sangat dingin. Aku hanya ingin memastikan para tunawisma ini tidak berjalan-jalan tanpa jaket atau selimut," ungkap Makenna yang dilansir dari People.com, Jumat (15/1/2016). 

Makenna menyebut idenya ini sebagai 'Makenna's Coats for a Cause'. 

Hingga 12 Desember 2015, Makenna telah menyumbangkan lebih dari 1.000 jaket ke Phoenix Rescue Mission -- termasuk topi, sarung tangan, selimut, kaus, dan pakaian. 

Hingga 12 Desember 2015, Makenna telah menyumbangkan lebih dari 1.000 jaket ke Phoenix Rescue Mission.(Jennifer Breading-Goodrich) 

"Banyak yang berkata, mereka akan melakukan hal-hal seperti yang saya lakukan jika punya banyak waktu. Tapi meluangkan waktu untuk kegiatan ini penting bagiku. Dan jika orang benar-benar peduli, mereka akan melakukan hal yang sama," ucap Makenna yang berharap aksinya menginspirasi setiap orang. 

Selain membantu para pemulung, Makenna lewat organisasi bernama St. Vincent De Paul -- pusat rehabilitasi bagi para tunawisma -- juga merupakan seorang relawan dalam sebuah organisasi non profit yang mengumpulkan pakaian untuk disumbangkan. 


Adalah sang ibu Jennifer (41) dan Sheldon Breading Goodrich (40) yang memperkenalkan Makenna pentingnya memberi terhadap sesama.(Jennifer Breading-Goodrich)

Adalah sang ibu Jennifer (41) dan Sheldon Breading Goodrich (40) yang memperkenalkan Makenna terhadap arti penting saling memberi terhadap sesama. 

"Tidak hanya membuat perubahan bagi para tunawisma, gadis berusia 12 tahun ini juga memberi pengaruh positif bagi para gadis muda lainnya untuk melakukan hal-hal yang baik bagi dunia," kata Jennifer, seperti dilansir dari Oddity Central.


Sumber: Liputan 6

Bekerjalah Dengan Penuh Tanggung Jawab

Beberapa waktu lalu sempat heboh karena ada yang mengunggah video karyawan sebuah perusahaan jasa pengiriman barang yang main lempar saja paket-paket yang dipercayakan kepada mereka. 

Lalu bermunculan komentar "Pantas saja barang kiriman sering diterima dalam keadaan rusak." Ada pula yang berkomentar bahwa hal seperti itu lumrah terjadi. 

Penulis pun coba googling dan menemukan cukup banyak video sejenis. Tapi yang paling parah adalah video di bawah ini. Entah ini kejadian di mana. 

Saat ini terjadi, di mana atasan para pekerja ini yang seharusnya bertugas mengawasi kerja bawahannya.

Jelas saja konsumen marah melihat tayangan seperti ini. Barang kiriman mereka diperlakukan seenaknya, padahal untuk mendapatkan layanan jasa pengiriman barang konsumen harus membayar bukan gratis. 

Jika bekerja, bekerjalah dengan penuh tanggung jawab. Dari pihak perusahaan juga seharusnya ada pengawasan agar hal seperti ini tidak terjadi. Ketika kejadian seperti ini menyebar, bukan hanya Anda yang terkena imbasnya, tapi semua jasa pengiriman akan kena dampaknya. Jika sudah tidak berminat untuk bekerja, silakan resign dan cari pekerjaan lain.



Ready to Eat = Siap Santap atau Siap Olah???

Saat sedang berbelanja di sebuah swalayan, mata penulis tertuju pada label harga makanan siap saji.  Tulisan ini hanya menyoroti dari sisi bahasa, bukan hal lain.

Di sana tertata makanan siap santap (ada lumpia, gehu, bala-bala, kulit ayam goreng tepung, dan ayam goreng tepung) beserta harganya. Pada label harga dari karton kuning itu tertulis "READY TO EAT." (lihat foto 1 dan foto 2, serta label harga yang di-zoom). Memang kita lazim memakai istilah berbahasa asing (Inggris). Jika diterjemahkan secara bebas, tentu maksudnya makanan siap santap.

Dan... pas di depannya, juga ada label harga yang lebih besar dengan tulisan sama: READY TO EAT (nama produk: AYAM BEKAKAK POTONG), lihat foto 3 dan foto 4. Label harga tersebut dipasang pada daging ayam mentah yang sudah diberi bumbu (produk ini tentu harus diolah lagi baru siap santap). 

Lihat label harga seperti ini, penulis hanya tersenyum... Ini hanya kesalahan dalam menggunakan bahasa asing atau mungkin sekarang memang sedang tren baru, makan ayam mentah yang sudah dibumbui???


 Foto 1
  Foto 2



 Foto 1 (di-crop label harganya saja)
Tulisannya:
LEBIH SEGAR
READY TO EAT
(nama produk yang kurang jelas karena difoto dengan kamera ponsel) 
dan Rp 10.990 per potong

  Foto 3

 Foto4

Punya Ponsel Tapi Tidak Bisa Kirim SMS

Penulis sangat sering menerima telepon dari yang mengaku penyelenggara undian berhadiah yang mengaku dari perusahaan ini dan jitu (juga SMS), juga telepon dari sales asuransi atau kartu kredit. Jadi sudah menjadi keputusan penulis, jika ada telepon masuk tanpa nama (tidak ada di kontak penulis). Telepon masuk dan yang muncul adalah nomor ponsel, maka akan dibiarkan sampai mati sendiri. 

Kalau iseng, paling penulis kirim SMS: Halo, ada misscalled dari nomor ini. Ini siapa ya? Dan umumnya, tidak ada balasan.

Kalau memang ada keperluan (apalagi penting) dan telepon tapi tidak diangkat, harusnya bisa SMS untuk meninggalkan pesan:

Halo, ini si A, teman SMA. Saya ada perlu, angkat telepon dong. 

Tapi sebagian besar hanya meninggalkan misscalled dan kalaupun penulis SMS, tidak ada balasan. Kesimpulan penulis: mereka tidak mengerti cara kirim SMS atau hanya iseng asal pencet nomor telepon dan tidak ada kepentingan sama sekali.

Kalau sudah begini, ya tidak bisa marah. Hanya maklum saja, memang mereka tidak mengerti cara SMS atau mereka hanya iseng dan tak punya keperluan dengan penulis. Angkat saja telepon masuk tanpa nama? Ah...sudahlah. Untuk apa menghabiskan waktu padahal tidak ada masalah yang perlu dibicarakan.
abcs