Masih Sanggup Meneguk Segelas Susu Sapi???

Posting ini hanya postingan penulis sebagai seorang manusia, ya hanya dari sisi kemanusiaan. Tidak bicara dari sisi ekonomi, politik, atau bahkan soal agama, suku/ras. Lepaskan semua atribut tersebut, saksikan video ini hanya dari sisi kita sebagai manusia.

Sebelumnya penulis membuat postingan (silakan klik):  Luangkan Sejenak Waktu Anda untuk Menyaksikan Video Ini. Penulis memutuskan untuk berusaha menjadi vegan (berusaha untuk tidak makan daging).

Kali ini penulis menyajikan 4 video yang penulis temukan di YouTube. Video ini menyajikan gambar-gambar yang sadis, bagi Anda yang sensitif terhadap hal-hal yang sadis/ kejam, mohon jangan saksikan video ini. Penulis memutuskan untuk menghindari konsumsi susu, jika ingin minum susu, maka akan memilih susu kedelai.









Tiga Candaan Ada Bom di Pesawat dan Sanksi yang Harus Diterima

Di zaman internet, nyaris semua orang dapat mengakses internet, sehingga apa yang dilakukan orang di belahan dunia mana pun, dapat dengan mudah diketahui banyak orang. 

Minggu, 13 Desember 2015 anggota DPRD Polewali Mandar, Agus Pranoto memulai candaan membawa bom di pesawat yang ditumpanginya dalam sebuah penerbangan Batik Air dari Jakarta tujuan Makassar.

Sabtu, 26 Desember 2015 tiga orang warga Sukabumi melakukan hal sama di pesawat Batik Air dari Kupang ke Jakarta. Tiga orang ini akhirnya ditahan.

Sabtu 26 Desember 2015 sekitar pukul 14.35 WIB, seorang Plt kepala desa di Kendari, bergurau kalau ada granat dalam kabin pesawat Lion Air JT 728 Jakarta-Kendari, Sulawesi Tenggara, akhirnya ia pun ditahan.

Berikut tautan ke sumber berita tentang candaan yang tidak pada tempatnya...




Mirisnya Rakyat Melihat Sepak Terjang Anggota DPR Kita

Presiden Gus Dur pernah melontarkan ucapan, "Anggota DPR kita seperti anak Taman Kanak-Kanak..."


Untuk memperbesar tampilan, silakan klik pada gambar. 
Tulisan warna biru di bawah foto adalah tautan ke sumber berita 








Lucunya Dunia Politik Indonesia (Kumpulan Meme Papa Minta Saham)

Para pelaku dunia politik kita tidak kalah hebat bila dibandingkan dengan comic (sebutan untuk pelaku stand up comedy). Ucapan para politikus kita memancing para penggiat dunia maya menyalurkan kreativitasnya untuk membuat meme yang memancing gelak tawa. Kita tertawa dalam keprihatinan atas keadaan bangsa ini... (semua meme bukan karya penulis, hanya mengumpulkan dari berbagai sumber di internet). Tulisan berwarna biru di bawah foto adalah tautan ke sumbernya. Selamat menikmati...

Baca juga: Kahar Muzakir Dituding Atur Skenario Sidang Tertutup Setya Novanto


Untuk memperbesar tampilan, silakan klik pada gambar



 Singkatan MKD







 Sumber: Liputan 6

Akhirnya...Bertambah Panjang Lagi CV Penulis...


Rabu, 18 November 2015 buku "Horeee, Anakku Sudah Remaja" karya Melly Kiong diterbitkan Elex Media Komputindo (Kelompok Kompas Gramedia).


(Untuk memperbesar tampilan, silakan klik pada gambar) 


Buku tentang parenting ini bisa Anda dapatkan dengan harga Rp 52.800. Selain sebagai editor, penulis juga menyumbang sedikit catatan di dalam buku ini.

Pas dapat info tentang terbitnya buku ini, penulis langsung googling. Hasil googling agak sedikit mengecewakan, dalam situs Elex Media, tertera editor buku ini Yulia Suzana (Chief Editor Penerbit Elex Media). Kok bukan nama penulis (Hendry Filcozwei Jan)? 

Penulis coba tanyakan hal ini ke Mbak Rizky, admin eMKa Manajemen. Kata Mbak Rizky, nama penulis tertera sebagai editor dan ada tulisan "Catatan Kecil Hendry Filcozwei Jan" di halaman 132-133.

Supaya tidak salah, penulis menunggu hingga kiriman bukunya penulis terima. Cihuy... Rabu, 09 Desember 2015 (bertepatan dengan Hari AntiKorupsi dan pilkada serentak), penulis menerima kiriman buku "Horeee, Anakku Sudah Remaja" dari eMKa Manajemen. Bukunya lengkap dengan tulisan: Dear Hendry & Linda plus tanda tangan. Terima kasih Ci Melly Kiong dan Mbak Rizky.
 
Ternyata hanya terjadi kesalahan ketik nama editor di situs Elex Media Komputindo. Akhirnya bertambah panjang daftar buku dalam  CV penulis sebagai editor buku...


Ini screeshoot berita terbitnya buku dari situs Elex Media Komputindo
(Untuk memperbesar tampilan, silakan klik pada gambar)
Situs ElexMedia  Editor: Yulia Suzana, tautan terbaru: Buku HASR

(Untuk memperbesar tampilan, silakan klik pada gambar)
Hard copy (buku) Editor: Hendry Filcozwei Jan


Catatan Kecil Hendry Filcozwei Jan
(Untuk memperbesar tampilan, silakan klik pada gambar)
Bisa juga dilihat di (klik saja): Catatan Kecil Hendry Filcozwei Jan

Spesifikasi buku:
Judul buku: Horeee, Anakku Sudah Remaja 
ID: 715092105   
No. ISBN: 978-602-02-7569-7 
Penulis: Melly Kiong 
Editor: Hendry Filcozwei Jan
Penerbit: Elex Media Komputindo 
Tanggal terbit: 18 November 2015 
Jumlah halaman: 136 halaman
Harga: Rp 52.800
Jenis cover: Soft Cover 
Dimensi (L x P): 14 x 21 cm
Kategori: NON FIKSI > EMK-PARENTING > EMK-PARENTING & FAMILY
Teks: Bahasa Indonesia 
Pengguna: Dewasa



Tautan singkat untuk tulisan ini adalah:  www.tiny.cc/horeee


Kisah 'Old Man' Penyumbang Rahasia di Sekolah Jepang Terungkap

Liputan6.com, Yamagata - Seorang pria yang selama 40 tahun mengirim donasi tanpa nama untuk pembelian buku di sebuah sekolah dasar mengungkapkan jati diri. Ia melakukan itu setelah mengetahui sekolah tempat ia memberikan uang tiap bulan akan ditutup musim semi mendatang.

Pria itu adalah Shoji Konno. Ia akhirnya bertemu dengan murid-murid sekolah tempat ia menyisihkan gajinya tanpa pernah absen, tiap bulan, selama 40 tahun. Konno adalah mantan pegawai yang tinggal di kota Sendai, Jepang.


Lahir di kota Haguro, ia lulus dari SD Hirose yang kini bernama Daisan Elementary School, di Perfektur Yamagata. 

Kisah amalnya bermula pada 1973. Saat itu, ia bersama pemuda Jepang lain mendatangi pelosok membantu warga. Saat itu Konno muda terenyuh dengan sekolah Daiyon Elementary School, sekolah cabang Daisan. 

Sekolah itu begitu kecil dan pilihan bukunya sedikit. Murid-murid harus berebut untuk membaca. Sedih dengan kondisi tersebut, apalagi kehilangan ayahnya saat bersekolah, membuat ia bertekad untuk melakukan sesuatu.

Saat Konno mulai bekerja setahun kemudian, pada 1974, ia bertekad mewujudkan janjinya. Tiap bulan, ia sisihkan gajinya sebesar ribuan Yen untuk donasi sekolah itu.

Di amplop yang berisi uang tunai itu, Konno selalu menuliskan 'Pria tua dari Tsuruoka', di dalamnya ia menulis surat bahwa uang itu diperuntukkan untuk membeli buku.

Kalau ditotal, pria yang kini berusia 68 tahun telah menyumbang 2,2 juta Yen kepada sekolah itu. Mereka pun kini telah mempunyai 1.500 buku berkat kebaikan hatinya.


Kisah 'Old Man' Penyumbang Rahasia di Sekolah Jepang Terungkap (The Mainichi Shimbun)  
  Tak hanya itu, tiap tahun, sekolah tersebut mengadakan festival 'Old Man' yang dipersembahkan bagi donatur rahasia itu sebagai tanda terima kasih kepadanya.

Dalam festival 'Old Man', tiap murid, guru dan orangtua membaca buku keras-keras. Namun, dengan jumlah murid yang menurun drastis,-- tahun ini hanya 24 orang--, sekolah itu tak punya pilihan untuk menutupnya.

Konno mendengar kabar itu. Saat itulah, ia memutuskan untuk mengakhiri donasi dan mengungkapkan jatidirinya, seperti dilansir dari The Mainichi Shimbun, Sabtu 5 Desember 2015.

Ia menuliskan panjang lebar kisah dan alasannya kepada sekolah tersebut menggunakan nama aslinya. Pihak sekolah dan administrasi daerah itu memintanya untuk datang dan bertemu para sisa murid dan alumni.

Festival 'Old Man' terakhir diadakan pada Jumat 4 Desember 2015. Konno hadir sebagai undangan. Murid kelas akhir bernama Mashiro Maruyama terpilih menjadi murid yang mengucapkan banyak terima kasih.

"Aku sangat bahagia setiap saat buku-buku baru tiba. Terima kasih atas kebaikan Anda selama 40 tahun yang telah menghidupkan imajinasi dan menambah pengetahuan kami," kata siswi berusia 11 tahun.

Konno awalnya enggan untuk datang. Ia takut kedatangannya akan merusak impian murid-murid itu.

"Awalnya aku khawatir kalau datang bakal merusak impian mereka," kata Konno.

"Namun ternyata, bertemu mereka, aku merasakan kebahagiaan yang mereka dapatkan dari membaca buku. Mereka telah mendapatkan tentang indahnya punya mimpi dan harapan," ujarnya penuh haru. Sekolah Daiyon akan bergabung dengan Daisan. Nama sekolah akan berganti menjadi Hirose Elementary School. Buku-buku hasil donasi 'old man' akan turut dibawa serta.

Terima kasih, Pak Tua...


Kisah nyata melakukan perbuatan tanpa pamrih. Semoga masih banyak orang-orang seperti ini...
 
Sumber: Liputan 6

Nonton Sulap Keren Yuk...

Stres melihat tingkah laku para politisi yang semakin memuakkan? Daripada melihat aksi politisi yang menyulap uang negara berpindah ke kantong pribadi mereka, mari kita tonton aksi pesulap berikut yang tentu sangat menghibur...


Logika Berpikir: Menangkap Fakta dari Bantahan di Media

Dunia semakin modern, teknologi semakin canggih. Foto bisa diedit sedemikian rupa seolah itu foto asli (padahal rekayasa atau foto editan). Video pun bisa dibuat sedemikian rupa untuk menipu. Tapi...apakah dengan teknologi (para ahli telematika atau ahli foto dan video) tidak bisa mengetahui asli tidaknya sebuah foto atau video? Setahu penulis, ahli bisa membedakan mana foto/ video asli dan mana yang hasil rekayasa. Itulah sebabnya dalam sidang sering dihadirkan para ahli untuk meneliti kebenaran (keaslian foto ataupun video). Jika ahli tidak bisa membedakan lagi, nampaknya penjahat (ahli rekayasa foto/ video) bisa dengan leluasa memfitnah orang yang tidak disukainya. Atau terima pesanan dari pihak yang ingin menggunakan jasanya.

Jadi...kita sepakat bahwa sejago apa pun ahli rekayasa foto/ video,  pasti akan ketahuan. Ini kuncinya.

Nah...berdasarkan fakta itu, dalam berbagai kesempatan penulis mencoba menebak apa yang sebenarnya terjadi berdasarkan ucapan (kadang berupa bantahan para public figure) di media. Dan...setelah kasus terungkap (pakar foto/ video sudah memeriksa keasliannya), ternyata tebakan penulis selalu benar.

Dalam hal ini, penulis tidak menyebutkan secara spesifik nama public figure tersebut.

Ketika muncul foto atau video public figure (biasanya foto mesum), media langsung mengejar yang bersangkutan untuk minta tanggapan. Yang paling sering artis seolah hilang ditelan bumi. Keluarga dan teman dekat juga tak mau memberikan komentar. Account FaceBook, Twitter, Instagram, dan sosial media lain langsung dikunci atau dihapus. Menurut logika berpikir penulis, ini sudah sebuah pertanda bahwa foto/ video itu benar adanya.

Kadang public figure masih bermurah hati memberi sedikit komentar "Saya belum lihat..." Ini juga (menurut penulis) adalah pengakuan terselubung bahwa foto/ video itu benar adanya. Mengapa? Foto dan video yang sudah beredar dan membuat heboh itu biasanya kasus yang "luar biasa". Kalau ciuman, kemungkinan ciuman bibir, bukan ciuman pipi. Kalau cium pipi (cipika-cipika) tentu tidak akan heboh. Dalam pergaulan sekarang itu termasuk hal yang lumrah, jadi tentu tidak heboh. Kalau bukan ciuman, mungkin hubungan intim. Publik sudah tahu berita dan lihat foto/ videonya, masa' public figure yang diduga pelaku, belum sempat (tidak penasaran) untuk melihat sekaligus nanti buat bantahan jika tidak benar? Ini menyangkut nama baik sang public figure (jadi jika bukan, tentu dengan cepat harus dibantah).

Bahkan meski diberitakan hanya inisial, pembaca dengan cepat dapat menebak siapa public figure yang dimaksud. Apakah public figure tidak bisa ingat, pernahkah ia melakukan hal tersebut? Atau susah mengingat karena terlalu banyak wanita yang pernah berciuman bibir dengannya atau berhubungan intim dengannya?

Jadi...bantahan (belum lihat foto/ video tersebut), hari ini kita bicara yang lain (misalnya public figure itu sedang launching album baru, film baru,...) atau semua account sosial medianya dikunci, ponsel tak bisa dihubungi, adalah sebuah pengakuan terselubung bahwa itu benar adanya.  

Isu foto atau video mesum, tentu bukan publikasi yang bagus. Jika tidak benar, logis-nya sang public figure akan langsung konferensi pers untuk membantahnya (bukan menghindar, atau bilang belum lihat, atau bantahan lain).

Rekaman pembicaraan tersebar, materi isi sudah dipublikasi di media, jawabannya juga sama: "Saya belum dengar." Atau pihak yang pro kepada yang bersangkutan akan berusaha mengalihkan fokus masyarakat dengan pernyataannya: "Yang merekam itu harus dilaporkan ke polisi. Rekaman ilegal. Pencemaran nama baik. Itu jebakan."

Padahal, jika ingin membela yang lebih tepat (membalikkan keadaan), langsung bantu bantah bahwa "Rekaman itu tidak benar, suaranya memang mirip, tapi saya yakin itu bukan yang bersangkutan." 

Rekam sesuatu itu ilegal (penulis tak banyak tahu soal hukum), tapi jika tiap merekam harus izin dulu, semua CCTV di mal, di rumah milik pribadi, di tempat publik lainnya melakukan pelanggaran hukum. 

Kita menyaksikan sebuah tindakan kejahatan, apa yang harus kita lakukan? Rekam langsung dengan ponsel atau kita dekati penjahat dan korban untuk minta izin (atau ke pengadilan terdekat untuk minta izin)? 

Andai seorang pria mencurigai pasangan (pacar atau istrinya berselingkuh) kemudian menyadap telepon pasangannya. Karena ada kesalahan teknis, rekaman yang didapat adalah rencana teroris yang akan meledakkan sebuah gedung. Apa yang harus dilakukan oleh pria itu? Hapus saja rekamannya? Atau lapor polisi dengan risiko terkena pidana karena tindakan penyadapan yang dilakukannya. Penulis rasa, dalam kasus khusus seperti ini, pria itu bukannya akan dipenjara tapi malah akan dapat penghargaan!

Pencemaran nama baik? Jika isi rekaman percakapan adalah hal sepele misalnya public figure itu suka makan jengkol, pete, tidurnya ngorok dan suaranya keras, dan hal lain yang bersifat pribadi dan ngobrolnya di rumah yang bersangkutan, ngobrol dengan keluarga, lalu ada yang menyadap atau merekam dan dipublikasikan, mungkin bisa kena pasal pencemaran nama baik. 

Pencemaran nama baik, menurut penulis adalah orang tersebut menyatakan hal yang tidak benar. Misal melihat public figure berdiri di pinggir jalan dan sedang bicara dengan polisi, Anda memotretnya dan memberi info bahwa public figure itu melanggar lalu lintas dan mencoba menyogok polisi (sementara faktanya, public figure bertemu dengan teman lamanya yang kini jadi polisi lalu lintas).

Atau seseorang berkonspirasi membuat rekaman pembicaraan seolah itu suara public figure sedang merencanakan kejahatan (padahal suara dalam rekaman tersebut hanya orang yang punya suara mirip, misal menggunakan Argo alias AA Jimmy yang suaranya mirip AA Gym atau menggunakan suara para bintang tamu acara Real Star di Trans7 yang memang suaranya mirip artis). Kalau membuat rekaman seperti ini, layak disebut pencemaran nama baik. Tapi jika memang suara asli yang bersangkutan (entah rekamnya pakai izin atau tidak, pembicaraan itu di depan umum atau di ruang pribadi), rasanya bukan pencemaran nama baik.

Bagaimana kalau isi pembicaraan adalah niat jahat? Anggap saja ada yang iseng merekam ("rekaman ilegal") pembicaraan pribadi, katakanlah pembicaraan suami istri. Ternyata isi pembicaraannya tentang niat jahat, misal istri meminta suaminya korupsi agar sang istri bisa membeli tas Hermes yang harganya ratusan juta rupiah. Atau suami yang berdiskusi dengan istri bagaimana cara melenyapkan lawan politik yang membahayakan karirnya, apakah sewa pembunuh bayaran agar menembak mati lawan politiknya, melenyapkan lawan politik seolah kecelakaan dengan meminta pembunuh bayaran menabrak korban, atau hal lain. Jelas ini "rekaman ilegal" dan bersifat privasi (pembicaraan intern dalam rumah tangga). Kalau rekaman ini diserahkan kepada polisi, mana yang didahulukan? Menangkap perekam yang melakukan rekaman ilegal dan mempermasalahkan "legal standing" pelapor atau menangkap suami istri (sekalipun ia pejabat tinggi negara) karena rencana jahatnya???

Itu jebakan? Bukankah jika kita ingin menangkap tikus yang sering mencuri makanan di rumah kita, kita juga memasang jebakan. Jika public figure itu memang orang baik (tidak bisa disuap), di depan umum ia disuap atau di tempat tersembunyi, hasilnya tetap sama yaitu menolak!

Menurut penulis, memang semua ada aturan (undang-undang) yang mengatur apa dan bagaimana kehidupan bernegara. Siapa yang boleh melaporkan siapa (legal standing), siapa yang boleh merekam (harus izin siapa), mana area publik dan area pribadi/ privasi yang boleh direkam, dan lain-lain. Agar hidup bernegara berjalan dengan baik, harus sesuai aturan hukum. Tapi aturan hukum rasanya bukan harga mati. Andai saja aturannya dilarang merekam suara atau gambar di area pribadi (kamar tidur misalnya). Jika itu harga mati, semua rencana kejahatan paling aman direncanakan di kamar tidur (bukan di cafe, di loby hotel, dll). Pasti aman dan tidak boleh ada yang merekam. Kalau ada rekamannya? Yang pertama diadili adalah perekamnya, bukan penjahat yang merencanakan kejahatan.

Ada lagi kasus wanita hamil yang mengadukan public figure sebagai pelakunya. Bantahannya pun sama saja. Pada kasus tertentu, bantahannya "Kita tunggu tes DNA saja." Apakah itu bukan sebuah pengakuan terselubung bahwa mereka memang pernah melakukan hubungan intim? Jika hanya teman dekat/ pacar (tak pernah melakukan hubungan intim) dan dituduh menghamili, apakah perlu mengucapkan "Kita tunggu hasil tes DNA? Sang wanita, jika mendengar bantahan dan meminta tes DNA, seyogya-nya bisa berkomentar pedas (marah) karena kalimat itu secara tidak langsung menyatakan sang wanita "pernah tidur" bukan hanya dengan pria tersebut. Jika wanita tidak memberikan sanggahan seperti ini?

Hanya menggunakan logika berpikir sederhana saja (mungkin saja bagi pakar hukum ini tak sesuai dengan hukum). Mungkin yang terbaik adalah balik ke hati nurani, manakah yang lebih adil dan memihak kepentingan banyak orang? Apakah memang aturan hukum tidak boleh dilanggar sekalipun aturan hukum itu sudah tidak sesuai zaman dan tidak memberi keadilan bagi kepentingan orang banyak??? Setahu penulis, hanya aturan agama yang tidak bisa diubah, selain itu (hanya butan manusia), masih bisa diubah dan disesuaikan untuk kepentingan yang lebih besar. Bukankah kita sering mendengar istilah revisi Undang-Undang?

Ini hanya pemikiran sederhana berdasarkan logika berpikir penulis yang terbatas, bisa benar, bisa juga salah...
abcs