Akhirnya, Setelah Menunggu 70 Tahun...

Tahun ajaran baru, salah satu topik yang selalu jadi perbincangan adalah MOS (Masa Orientasi Siswa) yang biasanya, di dalamnya berisi ajang per-ploncoan. Dan beberapa kali berujung pada kematian. Tahun 2013 penulis sudah menulis tentang ini secara panjang lebar (silakan klik):  Sampai Kapan PLONCO Akan Dipertahankan??? atau tautan singkatnya: www.tiny.cc/STOP-PLONCO

Dari tahun ke tahun kejadian serupa seringkali terulang. Tahun 2015 ini, penulis berharap menjadi momen penting agar kejadian serupa tidak terulang. Optimis rasanya membaca Anies Baswedan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (Gubernur DKI), Ridwan Kamil (Walikota Bandung) sepakat tentang MOS. Tidak boleh ada kekerasan, semua yang terlibat, siap-siap diberhentikan (pendidik maupun peserta didik). 

Mungkin di tahun-tahun sebelumnya sudah ada yang mengatakan hal yang sama, tapi tahun ini penulis merasa jauh lebih optimis karena ketiga orang yang mengatakan hal ini dikenal kapabilitasnya dan tegas dalam bertindak.  

Kadang terpikir, di setiap tautan berita tentang MOS (plonco) yang memakan korban tewas, sebagian besar menolak MOS (plonco). Tapi para pemegang kebijakan sepertinya tidak berdaya menghentikan hal ini. Padahal, mereka punya wewenang untuk memecat kepala sekolah, guru, dosen, dekan, rektor atau siswa atau mahasiswa yang terlibat. Apakah yang ditakutkan para pemegang kebijakan untuk memecat dan mengajukan mereka ke meja hijau? Dasar hukum ada, larangan pelaksanaan sudah ada, masyarakat mendukung. Setelah nyaris 70 tahun Indonesia merdeka, rasa optimis itu akhirnya datang.

Cukup sudah air mata para orangtua yang membesarkan buah hati mereka dengan air mata dan darah hanya untuk "disiksa" bahkan "dibunuh" secara keji dalam MOS (plonco). Masih banyaaak kegiatan positif yang bisa diadakan untuk mengenalkan calon siswa/ mahasiswa dengan dunia baru mereka tanpa harus dengan kekerasan, banyak kegiatan positif yang dilakukan daripada melanjutkan tradisi kekerasan dari tahun ke tahun dan melahirkan preman, padahal dunia pendidikan seharusnya melahirkan orang-orang baik dan pintar untuk kemajuan bangsa ini.

Menurut penulis, para pemegang kebijakan (dari menteri, kepala daerah, sampai kepala sekolah) dan pihak lain (guru, orangtua siswa,  sampai  siswa) tidak ada yang diuntungkan kalau ada perploncoan.  Jika ada yang bahagia melihat orang lain disiksa bahkan sampai meninggal, nampaknya "kesehatan nurani-nya" perlu dipertanyakan.

Paling-paling senior sok jago yang merasa puas karena junior tidak berkutik menuruti perintah mereka.

Kalau seperti ini, untuk apa tradisi buruk ini terus dipertahankan??? 


Silakan klik tautan berikut untuk membaca beritanya:  
  1. Anies Baswedan Keluarkan Edaran Larangan Perpeloncoan Saat MOS
  2. Lapor ke Mendikbud Jika Diplonco Saat MOS
  3. Ahok Copot Kepsek Hingga Keluarkan Siswa Bila Terjadi Perpeloncoan di MOS
  4. Senior Lakukan Perpeloncoan Saat MOS, Ahok: Kita Keluarkan dari Sekolah!
  5. Ridwan Kamil Ancam Ganti Kepsek yang Membiarkan Perpeloncoan Saat MOS
  6. Ridwan Kamil Akan Hapus MOS dan Perploncoan Siswa Baru Di Semua Sekolah di Bandung
Semoga saja banyak kepala daerah lain yang bersikap sama.
0 Responses

Posting Komentar

abcs