Ketika Uang di Atas Segalanya


Undangan Pernikahan Berbentuk Unik (Kubus)
dengan 6 Bahasa Berbeda di ke-6 Sisinya


Uang bukanlah segalanya, tapi kenyataannya: hampir bisa dikatakan di dunia ini segalanya butuh uang. Itulah kenyataannya. Tapi apakah lantas semua hal di dunia ini harus selalu kita kenakan tarif tanpa pandang bulu?

Sewaktu memutuskan akan menikah, penulis dan istri (dulu masih calon istri), sepakat untuk membuat undangan pernikahan yang unik agar nantinya tercatatat di Muri (Muesum Rekor dunia Indonesia). Syukur rencana kami tercapai, undangan kami tercatat di Muri, silakan klik: Undangan Pernikahan Unik 6 Bahasa.
Tautan
Kami ke sana ke mari untuk mencari bantuan menerjemahkan beberapa kata atau kalimat singkat yang akan kami pakai di undangan pernikahan tersebut. Contohnya: undangan pernikahan, mohon maaf bila ada kesalahan penulisan nama dan gelar, hormat kami, kedua mempelai, dan sejenisnya. Hanya beberapa kata atau kalimat singkat karena selebihnya tentu nama kami dan keluarga besar, tanggal, lokasi, waktu pernikahan.

Tiap sisi undangan berisi kata yang berbeda. Misalkan sisi atas undangan hanya bertulisan: Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan nama dan gelar dalam bahasa Inggris. Atau di sisi lain: Undangan Pernikahan Hendry Filcozwei Jan dan Linda (dalam bahasa Prancis). Jadi kata atau kalimat yang akan diterjemahkan sangat singkat.

Memang kata atau kalimat yang diterjemahkan sedikit, namun bantuan tersebut sangat besar artinya bagi kami. Untungnya kami bertemu dengan banyak teman yang secara sukarela membantu kami (nama-nama mereka sudah kami abadikan di "Buku Mini Tanda Kasih" souvenir pernikahan kami yang juga tercatat sebagai rekor Muri (silakan klik: "Buku Mini Tanda Kasih").

Bahasa Inggris kami dibantu Tjang Kian Long (dosen bahasa Inggris kenalan penulis), bahasa Prancis kami dibantu Pak Hendra Setiawan dari Pusat Kebudayaan Prancis, bahasa Mandarin kami dibantu Chen Liang Sin Sien Sheng (teman dari Papa penulis), bahasa Pali kami kutip dari kitab Dhammapada, bahasa Indonesia kami yang menuliskannya sendiri.

Yang seru tentu perjuangan mencari orang yang mau membantu menerjemahkan bahasa Jerman. Kami pergi ke sebuah lembaga bahasa Jerman di Bandung (tempat tinggal kami). Nama lembaga ini memang terkenal, bahkan penulis kenal nama ini dari buku cetak pelajaran bahasa Jerman (Kontakte Deutsch) saat masih SMA. Sekedar info, dalam nama penulis sendiri ada unsur bahasa Jerman: zwei (dua, penulis anak ke-2 dari 4 bersaudara).

Kami tiba di lembaga bahasa Jerman itu sore hari, lalu kami coba menemui salah satu pengajar di sana. Kali ini kami bernasib kurang beruntung. Ibu yang ingin kami temui tidak bersedia menemui kami (mungkin beliau sedang sibuk). Petugas yang berjaga di sana mengatakan ibunya sedang sibuk. Lalu kami titip pesan, "Pak tolong sampaikan, kami akan minta bantuan menerjemahkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jerman." Akhirnya sang ibu keluar sebentar, kami utarakan maksud kami untuk minta tolong menerjemahkan beberapa kata. "Silakan tinggalkan saja kertasnya, per halaman Rp 50.000" katanya.

Kami coba menjelaskan, kami hanya minta tolong terjemahkan beberapa kata dan berharap kami dibantu (maksudnya secara gratis). Karena kami pikir ini hanya beberapa kata. Ini bukan terjemahan untuk sebuah buku yang dicetak dan dijual secara komersial. "Ya, sama saja. Satu halaman atau sedikit, tetap sama" lanjutnya. "Busyet...." pikir kami. Semua pekerjaan selalu dihitung dengan uang???

Hari itu menjadi kenangan buruk bagi kami, apalagi saat pulang dari sana, kami yang mengendarai motor diguyur hujan. Tak apa, segala sesuatu memang butuh pengorbanan.

Untungnya di tempat lain kami diterima dengan sangat baik. Seperti di Pusat Kebudayaan Prancis misalnya. Pak Hendra Setiawan langsung menerima kami. Kami jelaskan ingin minta bantuan menerjemahkan kalimat ini ke dalam bahasa Prancis. Beliau menjelaskan, dalam kebiasaan bangsa Prancis, tak ada basa-basi menggunakan kalimat tersebut di dalam undangan. Kalimat seperti itu tidak lazim. "Tak apa Pak, kami hanya ingin undangan pernikahan kami menggunakan 6 bahasa yang berbeda. Biarlah kalau kalimat tersebut tidak lazim atau terlihat aneh atau lucu, kami tetap ingin Bapak bantu menerjemahkan kalimat ini" kata kami. Lalu beliau langsung menuliskan terjemahannya di kertas yang kami bawa.


Setelah undangan jadi, kami mengundang beliau (mengirimkan undangan tersebut kepada beliau). Dan surprise sekali bagi kami, beliau dan beberapa rekan beliau hadir di pesta pernikahan kami!

Oh ya, akhirnya kami dapat bantuan dari teman penulis bernama Yandy Sulaiman yang bantu menerjemahkan kata-kata yang kami inginkan ke dalam bahasa Jerman. Sama dengan yang lainnya, bantuan ini GRATIS!


Pengalaman meminta bantuan menerjemahkan beberapa kata ke dalam bahasa berbagai bahasa memberi kami banyak pelajaran. Di dunia ini ada banyak sekali karakter manusia. Di tengah jaman yang modern ini, masih banyak yang dengan sukarela membantu tanpa pamrih. Tapi di sisi lain, ada juga yang ekstrem, segala kerjanya harus dibayar dengan uang!

Kisah sejenis bagian ke-2, silakan klik:
Ketika Uang di Atas Segalanya (bagian 2)
0 Responses

Posting Komentar

abcs