Teladan Itu Bernama Joko Widodo

Rabu, 18 Mei 2011 penulis menyaksikan "Mata Najwa" di MetroTV episode "Nyali Perintis." Sayangnya penulis agak terlambat karena hanya menyaksikan profil Ir. Joko Widodo, walikota Surakarta. Sebelumnya "Mata Najwa" membahas almarhum Ali Sadikin, mantan gubernur DKI Jakarta.

Sosok Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi, pernah juga muncul di K!ck Andy. Tulisan ini menambah daftar nama teladan di negeri ini (klik dan baca: Masih Adakah Teladan Negeri Ini???).

Penulis tidak akan menuliskan panjang tentang beliau, tapi beberapa cuplikan data dari "Mata Najwa" sudah cukup mewakili siapa sebenarnya Joko Widodo ini, yang sebelum menjabat sebagai walikota adalah pengusaha (eksportir mebel). Info lengkapnya, Anda bisa klik links yang penulis berikan.

Jokowi yang lahir di Surakarta, 21 Juni 1961 adalah insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985. Beliau terpilih menjadi walikota untuk 2 periode (2005-2015).

Siapa beliau, ini sedikit catatan dari "Mata Najwa" dan berbagai sumber dari internet:
  1. Mungkin beliau satu-satunya pemimpin yang mengatasi masalah PKL (Pedagang Kaki Lima) tidak dengan cara kekerasan (biasanya dengan menggunakan satpol PP). Beliau "memanusiakan" para pedagang. Langkahnya dengan mengajak makan siang para PKL. PKL yang diajak makan siang awalnya curiga, pasti akan dialog sehabis makan-makan. Ternyata setelah makan, mereka disuruh pulang. Berapa lama acara makan siang ini? Tujuh bulan! Baru pada makan siang ke-54, beliau mengutarakan niat untuk memindahkan PKL dan tak ada yang membantah. Masalah PKL ini diselesaikan dengan cara serius dan sepenuh hati. PKL dipindahkan ke sebuah lokasi, dibuatkan trayek transportasi umum ke sana, bahkan kiosnya diberikan gratis!
  2. Di bidang transportasi juga banyak terobosan/ inovasi yang dilakukan. Diantaranya: mengoperasikan kembali kereta api kuno: Sepur Kluthuk Jaladara, mengoperasikan sarana transportasi massal railbus: Solo Railbus, Batik Solo Trans, Bus Tingkat Werkudara, dan tiket terpadu: Smart Card yang bisa diisi ulang.
  3. Tatakota: mengumpulkan pedagang makanan di Gladak Langen Bogan (Galabo), wisata kuliner di Solo, Solo City Walk, salah satu ruang publik bebas bagi warga kota berada (ada pedestrian untuk pejalan kaki dan yang naik sepeda, taman, dan area hotspot).
  4. Tidak pernah mengambil uang gajinya selama menjabat sebagai walikota!
  5. Beliau di kantor hanya sekitar 1-2 jam, selebihnya di lapangan, melihat dan mendengar langsung aspirasi rakyat (termasuk juga sidak ke lapangan). Beliau sering meninjau langsung pembangunan pasar sampai membawa palu untuk mengetuk-ngetuk dinding/ tembok untuk memastikan pembangunan dilaksanakan sesuai prosedur.
  6. Memangkas birokrasi yang berbelit-belit, dari yang semula selesai berhari-hari kini selesai dalam waktu sekian jam saja. Termasuk berani "membuang" para bawahan (kepala bagian) yang tidak siap mendukung kebijakan pemberantasan korupsi di birokrasi yang berbelit-belit.
  7. Kebijakannya banyak pro rakyat kecil seperti lebih memperhatikan pasar tradisional daripada memberikan izin (baca: membatasi) pendirian supermarket. Pasar tradisional ditata dengan baik sehingga lebih banyak pengunjung dan memberi penghidupan yang baik pada banyak rakyat kecil (pedagang).
  8. Tidak suka acara seremonial yang menghamburkan uang negara. Biaya pelantikan yang dianggarkan 236 juta, maksimal terpakai 180 juta, sisanya dikembalikan ke kas daerah. Tidak menerima karangan bunga, uang untuk membeli karangan bunga sebaiknya disalurkan untuk membantu warga di bidang pendidikan dan kesehatan. Banyak warga yang tak mampu membayar uang sekolah dan membayar biaya kesehatan. Sementara kalau kita lihat di daerah lain, pejabat merasa sangat senang kalau mendapat banyak ucapan selamat berupa iklan di koran atau karangan bunga (yang keesokan harinya sudah jadi sampah).
  9. Tidak minta ganti mobil dinas (mobil dinas itu bekas pejabat sebelumnya) yang sudah 10 tahun tidak ganti, sempat 4 kali mogok. Asal bisa berfungsi dengan baik, itu sudah cukup, kata beliau. Mobil pribadi beliau juga sudah 14 tahun tidak diganti.
  10. Pada pemilukada untuk masa jabatan ke-2, tanpa banyak kampanye, hasil survei menunjukkan angka yang memilih beliau 87%. Hasil pemilukada? 90% lebih rakyat memilih beliau (bahkan di kaskus disebut 95%)

Buat para bupati, walikota, atau pimpinan daerah lainnya, mumpung lagi tren studi banding, kalau mau studi banding untuk membangun wilayah masing-masing, tak usah ke luar negeri. Ke Solo saja cukup.

Kalau Joko Widodo bisa menertibkan PKL, bisa memangkas birokrasi berbelit-belit yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, bisa mengantisipasi kemacetan sebelum kemacetan terjadi, dan banyak inovasi lainnya, mengapa Anda tidak? Sama-sama punya kekuasaan, sama-sama manusia, sama-sama diberi amanat,... Bagi penulis, bukan masalah mampu atau tidak, tapi mau atau tidak?

Andai dari 200 juta lebih penduduk Indonesia, ada 100 saja pemimpin seperti Pak Joko Widodo, saya rasa negara ini jauh lebih maju dan rakyat lebih makmur daripada sekarang.

Penulis hanya berpikir, kalau pemimpin (dalam hal ini Pak Jokowi memberi contoh antikorupsi), maka bawahannya pun takut melakukan tindak korupsi. Bagaimana pendapat Anda?

Links berita tentang Joko Widodo:
  1. 7 Alasan Menolak Jokowi Menjadi DKI 1
  2. Antara Jateng: Pelantikan Wali Kota Solo Tanpa Karangan Bunga
  3. Buka Hati: Inilah Perubahan yang Telah Dilakukan Jokowi
  4. Kaskus: All about Joko Widodo, Walikota Surakarta (Solo) (Anda juga bisa melihat tayangan acara "Mata Najwa" wawancara Najwa Shihab dengan Joko Widodo di sini).
  5. Tempo Interaktif: Wali Kaki Lima
  6. Timlo Net: Jokowi Akan Terima Bung Hatta Award
  7. Vivanews: Walikota Solo Tak Pernah Ambil Gaji
  8. Vivanews: Joko Widodo Dilantik Lagi Jadi Walikota Solo
  9. Wikipedia: Joko Widodo
0 Responses

Posting Komentar

abcs