Kata Aneh di Bahasa Palembang dan Sunda

Bisakah Anda mencari lawan kata? Sebenarnya tidak terlalu sulit. Terang >< gelap, bersih >< kotor, basah >< kering, dan seterusnya.

Kalau susah mencari lawan kata, cara yang paling mudah adalah menambahkan kata "tidak" di depan kata tersebut. Hasilnya bisa benar tapi mungkin tidak tepat. Terang lawan katanya tidak terang, bersih lawan katanya tidak bersih, basah lawan katanya tidak basah.

Mudah 'kan? Tapi ada kata dalam bahasa Palembang dan bahasa Sunda yang penulis temukan (bukan meng-klaim sebagai penemu, tapi menemukan), ada kata "luar biasa" kuat sehingga penambahan kata "tidak", tetap tidak mempengaruhi arti kata itu.

Contoh seperti tadi, kata "terang" bila ditambah kata "tidak" menjadi "tidak terang" artinya "gelap". Di bawah ini jelas terlihat penambahan kata "tidak", tidak akan mengubah artinya menjadi lawan kata semula (lawan kata asalnya).

Di Palembang, kata "sakti" tersebut adalah katék (dibaca dengan e keras). Katék artinya "tidak ada". Dalam bahasa Palembang, sebuah kata sering disingkat (diambil suku kata akhirnya saja). Kata "tidak" dalam bahasa Palembang sering diucapkan "dak" (artinya tidak).

Coba kita tambahkan kata "dak" ke kata sakti tadi "katék" dan lihatlah artinya.

katék artinya tidak ada (ini kata asalnya)

dak katék artinya tidak ada
katék artinya tidak ada
ték artinya tidak ada

Luar biasa sakti. Jadi kalau Anda bertanya pada adik saya "Apakah Hendry ada di rumah?" Dia menjawab "dak katék" atau "katék" atau hanya 1 suku kata "ték" artinya sama saja = "tidak ada" Bingung 'kan?

Kata yang sama penulis temukan di bahasa Sunda. Kata itu "acan" atau "encan" yang artinya belum. Kata "teu" (dari kata "henteu") artinya tidak.

acan artinya belum (ini kata asalnya)

teu acan artinya belum
acan artinya belum
can artinya belum

Dalam bahasa Indonesia, penulis menemukan kata "usah." Kata ini penulis cek di kamus bahasa Indonesia online artinya perlu. "Tidak usah" tentu artinya "tidak perlu". Tapi dalam pemakaiannya, "usah" sendiri sering diartikan "tidak perlu".

Coba perhatikan penggalan lirik lagu "tempo doeloe" ini:

Pada reffrain lagu "Setulus Hatimu Semurni Cintamu" karya Is Hariyanto

Usah menangis oh sayang

Hapuslah air matamu
Tak sekejap pun kutinggalkan
Aku milikmu selamanya


Kemudian bagian awal lirik pada lagu "Usah Kau Harap" The Mercy's

Usah kau kenang lagi sayang
Masa yang telah silam
Walau derita
Akan menimpa

Usah kau harap lagi sayang
Cintaku telah hilang
Anggaplah itu
Mimpi di hari siang

Jelas pada kedua lagu tadi, arti kata "usah" justru menjadi "tidak perlu" (padahal seharusnya "tidak usah" baru diartikan "tidak perlu", karena kata "usah" sendiri berarti "perlu").

Begitu juga pada kata "acuh" yang artinya peduli atau mengindahkan. Tapi dalam pemakaiannya, kata acuh justru diartikan "tidak peduli" atau dalam bahasa gaul-nya muncul istilah "cuek" dari kata "acuh wae."

0 Responses

Posting Komentar

abcs