Bahasa Iklan: Senjata atau Bumerang?

Umumnya orang berpromosi akan menginformasikan keunggulan mereka. Andai itu rumah makan, maka akan mempromosikan: makanannya enak, harga terjangkau, tempat nyaman, parkir luas, dan lain-lain.

Minggu (20 Juni 2010) penulis bersama keluarga mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan di Bandung dengan mengendarai motor. Begitu masuk tempat parkir, cewek penjaga pos parkir memberikan tiket parkir seraya berkata: "Selamat pagi. Helm lebih aman dititipkan karena sering hilang" katanya sambil menunjuk tempat penitipan helm.

Sekilas memang terdengar wajar, menawarkan solusi agar helm Anda lebih aman (tidak hilang dicuri). Tapi bagi penulis, secara tidak langsung (terlepas dari benar atau tidaknya "helm sering hilang"), kalimat itu "mengiklankan" bahwa area parkir yang berada di basement itu tidak aman. Rawan pencurian helm.

Bahasa iklan maupun tampilan iklan di TV memang sering melebih-lebihkan. Memang seperti itulah bahasa iklan, mencitrakan produk mereka yang paling unggul.

Tapi penulis pikir, sebaiknya berhati-hati menggunakan bahasa (kalimat) dalam berpromosi/ beriklan. Ini bisa jadi bumerang. Siapa tahu, niatnya mempromosikan tempat penitipan helm (yang kecil itu) justru "mengiklankan" lahan parkir di basement tersebut tidak aman. Alih-alih pengunjung banyak yang menitipkan helm, tapi malah pengunjung pusat perbelanjaan (yang jumlahnya besar) malas berkunjung ke pusat perbelanjaan yang rawan pencurian. Iklan bukan jadi senjata untuk menarik pengunjung, malah jadi bumerang.

Penulis teringat carita seorang teman. Ada kasus bayi kembar siam (si A dan si B). Misalkan saja jantungnya hanya satu. Untuk keselamatan bayi, maka harus segera diambil tindakan operasi pemisahan. Hasilnya bisa 2: satu bayi selamat atau keduanya tidak selamat. Bagaimana Anda mengucapkan kalimat ini kepada orang tua bayi?

Bayi mana yang akan dikorbankan?

Ada kalimat yang lebih bagus, meski intinya sebenarnya sama saja (maksimal hanya satu bayi yang selamat). Bayi mana yang akan kita selamatkan?

Kalimat ini lebih positif, enak didengar, memberikan semangat kepada orang tua dan dokter yang akan mengoperasi.

Kalimat pertama terdengar sadis. Saat akan memasuki kamar operasi, terlintas (maaf) bayi mana yang harus dikorbankan (atau lebih kasar lagi "mana yang akan dibunuh"). Serem 'kan?

Akan lebih baik: "Selamat pagi. Demi keamanan sebaiknya helm dititipkan."

Dalam berbahasa, banyak hal yang harus diperhatikan. Anda baca tulisan di dalam pasar swalayan? "Demi ketertiban, sebaiknya Anda tidak makan dan minum di area pasar swalayan sebelum melakukan transaksi di kasir." Ini kalimat yang sopan. Mengapa tulisan ini dibuat? Ada pengunjung "nakal" yang makan atau minum barang yang belum dibayar, setelah selesai, kemasan kosongnya ditinggalkan di dalam pasar swalayan. Secara tidak langsung itu mencuri (kriminal). Tapi bahasa yang digunakan terdengar sopan dan tidak menyinggung perasaan pengunjung.

Bagaimana pendapat Anda?

0 Responses

Posting Komentar

abcs